Muslim Eropa yang tergabung dalam organisasi European Campaign to End the Siege on Gaza (ECESG) melakukan berbagai cara untuk mengakhiri blokade Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang sudah berlangsung selama hampir tiga tahun.
Ketua ECESG Dr. Arafat Madi mengatakan, peranan Muslim Eropa dalam upaya mengakhiri blokade dilatarbelakangi oleh prinsip-prinsip hukum dan kemanusiaan yang sejalan dengan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat dan pemerintahan negara-negara Eropa. Untuk itu, Madi bersama tokoh-tokoh Muslim di Eropa melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat penting di Eropa untuk membicarakan masalah blokade Israel di Jalur Gaza.
Pekan ini, Dr. Madi bertemu dengan Presiden Parlemen Eropa Jerzy Buzek. "Pertemuan itu menyinggung tentang pentingnya mengaktifkan peranan Eropa dalam upaya mengakhiri blokade di Gaza," ujarnya.
"ECESG melakukan semua upaya politik untuk mengakhiri blokade di Gaza. Kami juga sudah mengontak para pejabat dan pemerintahan di seluruh Eropa untuk melakukan tekanan agar blokade di Gaza diakhiri dan mendesak agar Eropa berperan lebih efektif di kawasan untuk memulihkan hak-hak Israel yang sah," papar Dr. Madi.
Lebih lanjut ketua ECESG itu mengatakan bahwa organisasinya bekerjasama dengan anggota Parlemen Eropa sudah mengambil langkah-langkah untuk mengajukan gugatan hukum ke Pengadilan Eropa, untuk memutus kesepakatan kerjasama antara Uni Eropa dengan Israel karena Israel telah melanggar kesepakatan yang mensyaratkan agar Israel menghormati hak asasi manusia.
Dr Madi menyatakan, ECESG yang berbasis di Brussels juga terus menerus menyebarkan informasi tentang dampak dari blokade Israel terhadap 1,6 juta penduduk Gaza. Organisasi itu menggalang dukungan untuk warga Gaza publik melalui media, aksi-aksi unjuk rasa serta aksi duduk diam di depan gedung-gedung pemerintahan Eropa.
"ECESG juga melakukan kampanye media dan penyadaran masyarakat di universitas-universitas serta mengirim email ke para politisi, pembuat keputusan dan media massa tentang penderitaan warga Gaza akibat blokade Israel. Selain itu, kami juga mengorganisir konvoi bantuan ke Jalur Gaza. Kami mengurus kunjungan delegasi-delegasi Eropa ke Gaza agar bisa menyaksikan tragedi yang disebabkan oleh blokade itu," kata Dr. Madi.
Bulan Februari, Menteri Luar Negeri Irlandia, Michael Martin memimpin satu delegasi untuk melihat langsung situasi di Gaza. "Apa yang saya saksikan di Gaza, di tengah semua puing-puing dan kehancuran, adalah sebuah populasi yang mengalami trauma dan kemiskinan akibat blokade yang sangat sangat kontra produktif dan tidak adil," ungkap Martin.
Ia menambahkan, tragedi di Gaza dalam bahaya menjadi sebuah krisis kemanusiaan yang ditoleransi. "Situasinya sangat sulit untuk diperbaiki atau untuk memperbaikinya akibat blokade dan perbedaan pandangan yang makin luas dalam upaya mencapai kemajuan politik di Timur Tengah," tukas Martin.
Namun, Dr Madi berharap upaya yang dilakukan kaum Muslimin di Eropa bisa membuahkan hasil untuk segera mengakhiri blokade di Gaza karena blokade Israel terhadap warga Gaza merupakan pelanggaran hukum dan norma internasional. Menurut Dr. Madi, Israel tidak berani terus melanjutkan blokadenya jika tidak mendapat dukungan dari Barat.
"Harus ada tekanan terhadap para pembuat keputusan di Barat, khususnya di Eropa, karena mereka memainkan peranan penting untuk mengakhiri blokade keji itu," tandasnya. (ln/iol)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan