Rabu, 26 Mei 2010

Hamas: Ancaman Israel terhadap Armada Kebebasan adalah Terorisme Negara


Gerakan perlawanan Palestina Hamas, mengutuk ancaman Israel terhadap konvoi bantuan multinasional armada kebebasan yang akan menuju Gaza.

Armada, yang terdiri dari sembilan kapal dari Turki, Irlandia, Inggris dan Yunani, adalah salah satu cara untuk mematahkan serangan Israel di Jalur Gaza. Armada ini membawa sekitar 10.000 ton bahan konstruksi, peralatan medis dan perlengkapan sekolah, serta sekitar 750 aktivis.

Pemerintah Israel telah bersumpah akan menggagalkan masuknya kapal bantuan tersebut. Media Israel telah juga memperingatkan bahwa para aktivis akan ditangkap dan dimasukkan ke dalam tahanan.

Jurubicara Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan ancaman itu sebagai aksi "terorisme negara," lapor International Middle East Media Center pada hari Selasa kemarin (25/5).

Tel Aviv telah memberlakukan blokade terhadap wilayah darat, udara, dan laut di Jalur Gaza sejak pertengahan Juni 2007 ketika gerakan perlawanan Palestina Hamas menguasai wilayah itu.

Abu Zuhri berkata, "Kapal-kapal membawa misi kemanusiaan, mereka ingin mematahkan pengepungan ilegal dan memberikan bantuan kemanusiaan."

Dia menyambut baik masuknya Mauritania, Aljazair dan Kuwait dalam armada kapal dan berkata, "entitas Zionis akan bertanggung jawab bagi kehidupan para aktivis Arab dan internasional, dan tokoh-tokoh politik dan para pejabat yang menyertai konvoi armada kapal." (fq/prtv)

Isnin, 24 Mei 2010

PERANAN AKIDAH 1 : AKIDAH DALAM MEMBINA MANUSIA

Email : Jaafar ash-shodiq

PENDAHULUAN

Pertanyaan-pertanyaan yang selalu menghantui manusia dalam hidupnya adalah dari manakah ia berada (di dunia ini), kemanakah ia akan dikembalikan kelak dan apakah tujuan dari keberadaannya ini?

Pertanyaan-pertanya an yang dilontarkan manusia kepada dirinya sepanjang masa ini memerlukan jawaban yang jitu dan memuaskan, supaya ia, berdasarkan jawaban tersebut, dapat mengambil sikap yang tegas dalam kehidupannya, meluruskan perilakunya dan menegakkan undang-undang ideal yang diminati oleh masyarakatnya.

Dengan asumsi-asumsi hampa dan tidak memuaskan rasa haus manusia akan hakekat dan realitas hidup, akidah-akidah hasil rekayasa manusia (al-’aqa`id al-wadl’iyah) mengalami kegagalan fatal dalam menjawab pertanyaan-pertanya an tersebut. Jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh akidah-akidah tersebut dalam menjawab pertanyaan-pertanya an itu antara lain;‘manusia ditemukan dengan sendirinya’, ‘manusia ditemukan akibat perkembangan materi’ dan lain sebagainya.

Dan kegagalan akidah-akidah itu tidak sampai di sini saja. Mereka juga gagal dalam menciptakan formulasi-formulasi undang-undang kemasyarakatan yang dapat membina manusia dan merealisasikan kebahagiannya.

Di saat akidah dan kepercayaan- kepercayaan agama yang tidak orisinil itu menjawab pertanyaan-pertanya an di atas dengan jawaban-jawaban yang palsu dan membingungkan dengan asumsinya bahwa manusia memiliki pencipta, akan tetapi pencipta yang serupa dengan makhluknya, akidah Islam telah berhasil menjawab pertanyaan-pertanya an tersebut dengan jitu dan memuaskan. Akidah Islam mengakui bahwa manusia memiliki Pencipta Yang Maha Bijaksana lagi Kuasa yang tidak dapat dicapai dengan indra dan tidak bisa disamakan dengan manusia. Akidah Islam menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk sebuah tujuan yang tinggi, yaitu menyembah Allah yang konsekuensinya, ia akan dapat mencapai tingkat kesempurnaan dan keabadian yang tertinggi.

Di samping itu, akidah ini juga mewujudkan naluri ideal (dalam diri manusia) yang Islam menganjurkan agar naluri tersebut selalu dikembangkan demi terwujudnya manusia sempurna di bidang pemikiran, sosial dan perilaku. Begitu juga demi terwujudnya kepribadian berakidah yang berjalan sesuai dengan akal yang terarah, perilaku yang lurus dan siap mengemban missi, tidak seperti kepribadian yang mengalami kevakuman akidah, yang seluruh perhatiannya tercurahkan kepada egoisme dan kemaslahatan dirinya. Kepribadian semacam ini akan mengalami kevakuman akal, kemelut jiwa dan kehilangan tujuan dalam hidup.

Patut untuk diingat di sini bahwa akidah Islam bukan seperti akidah (yang didefinisikan oleh) para filsuf yang tidak lebih dari sekedar teori pemikiran yang tersembunyi di sudut-sudut otak manusia. Akan tetapi akidah Islam adalah sebuah power yang (bersemayam dan) bergerak di dalam hati dan berpengaruh secara positif pada jiwa dan anggota badan. Dengan ini, orang yang memiliki akidah akan terdorong untuk berkiprah di medan jihad dan amal. Atas dasar ini, akidah Islam (pada masa kejayaan Islam) telah menjadi sebuah kekuatan yang aktif dan motor penggerak (bagi muslimin) yang telah mampu mengubah perjalanan sejarah, merombak kebudayaan-kebudaya an (yang berlaku kala itu), meletuskan revolusi-revolusi agung dalam kehidupan manusia, baik di bidang tatanan hidup sosial maupun pemikiran dan menciptakan kemenangan militer. Telah kita ketahui bersama bahwa kelompok minoritas (muslim) Makkah yang tertindas telah mampu bertahan selama tiga belas tahun menghadapi kelaliman yang melanda mereka bagai topan dengan akidah tersebut.

Akidah inilah yang telah berhasil mengumpulkan tentara sebanyak sepuluh ribu orang untuk berkhidmat kepada Rasulullah saww yang sebelumnya beliau tidak memiliki kekuatan militer dan lari dari Makkah secara sembunyi-sembunyi karena diusir oleh orang-orang kafir Makkah -. Dan orang-orang yang memerangi beliau sepanjang masa itu tidak mampu bertahan menghadapi kekuatan iman yang kokoh ini. Oleh karena itu, mereka menyerah dan menyatakan keislaman mereka di hadapan beliau atau membayar jizyah.

Muslimin kala itu memiliki sarana kemenangan yang paling kuat, yaitu akidah Islam yang telah mampu menciptakan hal-hal yang tidak dipercayai oleh manusia biasa. Akidah ini telah memberanikan Hamzah untuk memimpin Sariyah pertama Islam yang hanya berkekuatan tiga puluh pasukan berkuda ketika menghadapi tiga ratus pasukan berkuda Quraisy di pinggiran Laut Merah. Sariyah Islam ini tidak keluar ke medan laga hanya demi memamerkan kekekaran tubuh. Sariyah ini memiliki semangat juang tinggi yang hanya ingin bertujuan menumpas musuh yang kekuatannya lebih besar sepuluh kali lipat dari kekuatan dirinya.

Dan belum pernah terjadi dalam sejarah pertempuran- pertempuran Islam yang selalu menghasilkan kemenangan-kemenang an gemilang itu, kekuatan muslimin secara materi setara dengan kekuatan musuh. Akan tetapi, dari sisi jumlah dan prasarana, kekuatan mereka terkadang hanya seperlima lebih kecil dari kekuatan musuh. Kemenangan yang mereka peroleh itu bersumber dari kekuatan spiritual yang terpancar dari akidah dan kekuatan-kekuatan ghaib yang turun kepada mereka secara kontinyu. Sarana dan prasarana materi hanyalah pelengkap kemenangan tersebut.

Dengan ini, akidah adalah kekuatan yang fundamental dalam setiap pertempuran (yang pernah terjadi pada masa kejayaan) Islam dan faktor utama terwujudnya kemenangan di segala bidang.

Dan supaya kita mampu mewujudkan sebuah kebangkitan peradaban di dalam diri setiap individu muslim, (salah satu cara yang efektif adalah) kita mengingatkannya akan persembahan- persembahan yang telah dianugerahkan oleh akidah Islam ini kepada masyarakat muslim masa lampau.

Betul, bahwa seorang muslim tidak akan melucuti akidahnya dari sanubarinya. Akan tetapi, dikarenakan adanya perang pemikiran yang menyerang akidah tersebut dan faktor-faktor dekadensi moral yang menyerang masyarakatnya sebagai akibat dari jauhnya mereka dari kultur dan ajaran-ajaran langit, akidah tersebut akan kehilangan fungsi, dan ia akan kehilangan rasa solidaritas sosial dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah :

Pertama, mengenalkan setiap individu muslim dengan akidah yang benar lewat sumber-sumbernya yang bersih dan suci.

Kedua, meyakinkannya akan kebenaran akidah yang dimiliki, validitas akidah tersebut untuk dipromosikan di zaman modern ini dan keunggulannya secara mutlak atas akidah-akidah yang lain.

Ketiga, berusaha untuk memulihkan kembali peran akidah dalam membina manusia muslim supaya akidah tersebut merasuk ke dalam sanubarinya berbentuk sebuah iman yang kokoh, perilaku yang baik dan akhlak yang terpuji dalam perangainya sehari-hari, sebagaimana akidah tersebut telah mempengaruhi cara hidup muslimin terdahulu dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka.

Untuk merealisasikan tujuan ini, kami angkat pembahasan yang meliputi peranan akidah dalam membina manusia, baik secara pemikiran, tata cara kehidupan sosial dan kejiwaan, dan refleksi-refleksiny a terhadap etika dan perilaku seorang muslim ini ke permukaan. Dan di dalam buku ini kami juga memaparkan peran Ahlul Bayt a.s. yang besar dalam memelihara akidah dan memerangi usaha-usaha (sebagian orang) yang ingin melupakan muslimin (terhadap arti hidup) yang sedang menimpa masyarakat muslim dalam dunia politik di masa kini.

Patut disinggung di sini, dalam pembahasan ini kami mengikuti metode naqli dan bersandarkan kepada referensi-referensi Islam.

Dari Allahlah kami memohon bantuan dan taufik.

Khamis, 20 Mei 2010

SOLAT SUNAT TAUBAT

Oleh: Azharali Zaini

Solat ini dilakukan sebagai tanda kita bertaubat kepada Allah. Tiada waktu yang tertentu ditetapkan, boleh dilakukan pada bila-bila masa sahaja apabila seseoarng itu rasa menyesal dan ingin bertaubat kepada Allah. Seelok-eloknya setelah kita melakukan istighfar, munajat, muhasabah diri...dan bertaubat kepada Allah di tengah malam yang sunyi.. kemudian disusuli dgn solat tahajjud dsb...

Digalakkan utk dilakukan dalam bulan-bulan haram iaitu Muharram, Rejab, Syaaban dan Ramadhan. Boleh dilakukan sebanyak 2 rakaat @ lebih.

Lafaz Niat


Sahaja Aku solat sunat taubat 2 rakaat kerana Allah SWT

Setelah membaca surah al-Fatihah, bacalah surah al-Kafirun di rakaat pertama dan di rakaat kedua pula Surah al-Ikhlas sebanyak 3 kali.


Doa Sujud terakhir rakaat kedua.

Aku memohon keampunan Allah yang Maha Besar, tiada Tuhan melainkan Allah,
Dialah yang Maha Hidup, Maha berdiri sendiri dan aku bertaubat kepadaNya.


2. Tiada had


Tiada keupayaan (untuk mentaati perintahMu) dan tiada kekuatan (untuk menjauhi laranganMu)
melainkan dengan keizinan Allah yang Maha Besar.


3. Ataupun dengan istighfar dan taubat yang ringkas ini


Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku.

Doa Taubat


Sabtu, 15 Mei 2010

30 Tahun Islamic Center of Boston, Open House untuk Non-Muslim

30 Tahun Islamic Center of Boston, Open House untuk Non-Muslim

"Assalamu'alaikum, salam sejahtera untuk Anda semua," kata Dr. Malik Khan, menyambut tamu-tamu yang datang ke Islamic Center of Boston (ICB).

Sebagai presiden ICB, ia bersama komunitas Muslim lainnya di Boston menerima para tamu undangan dari berbagai latar belakang agama untuk merayakan 30 tahun berdirinya ICB yang beralamat di 126 Boston Post Road, Wayland. Sebagai bagian dari perayaan itu, ICB akan menggelar acara open house tanggal 15 Mei mendatang, bagi warga Boston yang ingin mengetahui lebih jauh atau belajar tentang agama dan sejarah Islam.

"Kami ingin membuka pintu rumah kami agar kita saling mengenal sebagai bagian dari masyarakat. Kita semua sedang menghadapi isu-isu yang rumit dan saling mengenal bisa meredakan ketegangan. Pada kesempatan ini, pengunjung bisa menanyakan apa saja, hal-hal yang mungkin selama ini takut mereka tanyakan, tentang Islam," kata Dr Khan yang sudah dua periode terpilih sebagai presiden ICB.

Open house yang akan berlangsung mulai pukul 11.00-16.00 terbuka untuk umum, termasuk non-muslim. Ketua panitia open house, Dr. Abdul Kadir Asmal mengatakan, acara ini sekaligus untuk menjawab kekhawatiran publik AS, khususnya warga Boston, menyusul penangkapan seorang muslim AS asal Pakistan yang mengaku sebagai pelaku rencana serangan ke Times Square, New York yang berhasil digagalkan oleh kepolisian AS dua pekan yang lalu.

"Kami akan menjawab pertanyaan apa saja dari para pengunjung, bahkan pertanyaan yang tidak enak sekalipun. Para pengunjung tidak perlu merasa sungkan, karena kami berharap, ketika mereka meninggalkan Islamic Center ini, mereka merasa telah mendapatkan respon yang jujur dari kami," ungkap Dr. Asmal.

ICB didirikan pada tahun 1980. Sebelum punya gedung sendiri, ICB menggunakan ruang sekolah Cambridge untuk memberikan pendidikan budaya dan bahasa pada komunitas Muslim di Wayland. Tahun 1986, mereka membeli sebidang tanah dan membangun gedung ICB yang kemudian menjadi pusat kegiatan pendidikan dan keagamaan. Tahun 1992, ICB yang terus berkembang, membangun masjid yang memiliki delapan ruangan, sekolah dan pusat kegiatan sosial komunitas Muslim yang menjadi gedung Islamic Center of Boston hingga sekarang.

Dr. Asmal mengatakan, pasca serangan 11 September 2001, dimana komunitas muslim harus menghadapi pencitraan sebagai "teroris", jamaah ICB aktif melakukan pertemuan dan dialog dengan pemuka dari berbagai agama, kepolisian dan tokoh-tokoh masyarakat untuk "memulihkan citra Islam yang tercoreng oleh ulah para teroris."

"Sekarang, kami bisa merasakan bahwa kami adalah bagian dari solusi. Kami ingin mempromosikan keyakinan agama kami bahwa tak ada satu pun dalam Islam yang tidak sejalan dengan keinginan untuk menjadi seorang warga Amerika yang loyal," ujar Dr. Asmal yang dengan keras mengecam para teroris yang telah menyelewengkan pesan perdamaian dan persaudaraan yang diajarkan agama Islam.

"Islam adalah 'cara hidup berdasarkan tuntutan Tuhan yang abadi dan tidak akan pernah berubah' yang diturunkan mulai dari Nabi Adam, Ibrahim, Musa bahkan Yesus. Islam tidak mengajarkan kebencian. Menyakiti dan membunuh umat manusia tak berdosa adalah tidakan yang sangat tidak beretika dalam Islam," tukas Dr. Asmal yang berimigrasi ke AS sejak tahun 1980.

Dalam acara open house nanti, Presiden ICB Dr. Malik Khan akan mengajak pengunjung "tur" keliling kompleks ICB dimana terdapat perpustakaan, ruang kelas tempat belajar bahasa Arab dan Al-Quran dan tentu saja ruangan besar tempat melaksanakan salat berjamaah. ICB juga menyelenggarakan kegiatan dialog antar umat beragama yang pesertanya berasal dari kalangan muslim dan non-muslim.

Salah satu peserta kegiatan itu adalah Mary Ann Borkowski. Ia mengungkapkan, setelah peristiwa pemboman gedung FBI di Oklahoma pada tahun 1995, warga Wayland mulai ingin memahami mengapa umat Islam yang dituding melakukan tindakan keji yang akhirnya diketahui dilakukan oleh seorang teroris Kristen kulit putih bernama Timothy McVeigh.

"Saya pikir, penting bagi masyarakat untuk tidak berpikir negatif terhadap komunitas yang belum mereka kenal. Mereka yang bukan Muslim, selayaknya mendidik mereka sendiri dengan pengetahuan agama yang dianut hampir seperempat penduduk dunia ini," kata Borkowski yang menganut agama Kristen Lutheran.

"Kaum Muslimin adalah tuan rumah yang hebat. Mereka yang ada di ICB bersikap baik, cepat memberikan bantuan dan sangat ingin membuka pintu 'rumah' mereka. Mereka menganggap kami, non-muslim, sebagai saudara mereka," kata Borkowski. (ln/isc/ICB)

Isnin, 10 Mei 2010

Berjabat Tangan: Tradisi atau Anjuran Agama?

26 Jamadil Awal 1431H.
Oleh : Dr. H. Rusli Hasbi, MA

Mari kita simak sebuah hadis berikut.

عَنْ أبى الخطاب قَتَادَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ هَلْ كَانَتْ الْمُصَافَحَةُ فِي أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ

Artinya: Dari Abi Khattâb Qatâdah ia berkata: Saya bertanya kepada Anas bin Malik, “Apakah para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam biasa berjabat tangan?” Ia menjawab, “Ya.” (HR Bukhari)

Anas adalah seorang sahabat yang pernah tinggal bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selama 10 tahun. Anas banyak mengetahui kebiasan para sahabat, termasuk kebiasaan mereka berjabat tangan atau mushafahah. Musafahah dalam bahasa Arab artinya memegang dengan tangan yang terbuka penuh. Adanya kebiasaan ini menunjukkan bahwa berjabat tangan merupakan tradisi yang telah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah. Tradisi ini kemudian menjadi anjuran agama berdasarkan hadis-hadis Rasulullah.

Asal Usul Tradisi Jabat Tangan

Sebenarnya budaya jabat tangan bukanlah budaya masyarakat Mekkah ataupun Madinah, tetapi merupakan adopsi dari budaya Yaman. Argumen ini didasari sebuah Hadits dari Anas r.a. yang menyatakan bahwa sekelompok orang negeri Yaman mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mereka saling berjabat tangan dengan kaum muslimin. Rasulullah bersabda, “Kini telah datang penduduk kota Yaman dan merekalah orang-orang yang pertama kali datang dengan berjabat tangan”. Dengan demikian, kebiasaan berjabat tangan bukan budaya asli penduduk Mekkah ataupun Madinah, tetapi sudah ada pada masa Rasulullah dan diakui oleh beliau. Sesuatu yang diakui beliau merupakan Sunnah atau anjuran agama.

Hikmah Berjabat Tangan

Allah sangat menghargai setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas. Berjabat tangan merupakan perbuatan baik yang akan diganjar pengampunan dari-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Hadis berikut:

Dari al-Barra’ r.a. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “[Apabila ada] dua orang Islam yang bertemu kemudian mereka berjabat tangan, maka dosa kedua orang tersebut akan diampuni sebelum keduanya berpisah (melepaskan tangan mereka)”. (HR Abu Daud)

Pengampunan dosa itulah yang seharusnya diharapkan seorang muslim ketika ia mengulurkan tangannya kepada saudaranya seagama. Rasulullah sendiri ketika bersalaman tidak pernah melepaskan tangan sahabatnya terlebih dahulu sampai sahabat itu sendiri yang melepaskannya.

Berjabat Tangan dengan Lawan Jenis, Bolehkah?

Saya tidak setuju kalau jabat tangan dilakukan dengan lawan jenis yang bukan muhrim, karena beberapa faktor:

1.Tidak pernah ada Hadis yang meriwayatkan adanya kebiasaan berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan pada masa Rasulullah. Hadis di atas hanya menjelaskan jabat tangan secara umum;
2.Rasulullah sendiri tidak pernah melakukan hal tersebut;
3.Sebagai tindakan preventif terhadap efek negatif yang mungkin ditimbulkan dari jabat tangan, seperti timbulnya nafsu birahi karena bersentuhan kulit secara langsung dengan lawan jenis, mengetahui kekurangan ataupun kelebihan kondisi kulit tangan yang dimiliki lawan jenis, serta hal-hal lain yang sedikit demi sedikit dapat menjadi racun bagi masa depan seorang muslim/muslimah; dan
4.Berjabat tangan bukan hanya simbol dari pengampunan dosa, tetapi lebih dari itu merupakan sebuah perkenalan dan persahabatan. Ketika jabat tangan dilakukan dengan sesama jenis (laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan), maknanya mereka telah menandatangani kontrak persahabatan sebagai teman sehidup semati dalam hal kesamaan agama dan akidah yang akan dipertahankan sampai mati. Kontrak semacam ini tidak wajar bila dilakukan dengan lawan jenis yang bukan muhrim atau suami istri.
Bagaimana Tata Cara Berjabat Tangan yang Diakui Nabi?

Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa ia berkata bahwa Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apabila seorang di antara kami bertemu dengan saudara ataupun kawannya apakah ia harus membungkukkan diri?” Beliau menjawab, “Tidak.” Orang tersebut bertanya lagi, “Apakah ia harus mendekap dan menciumnya?” Beliau menjawab, “Tidak”. Ia bertanya lagi, “Apakah ia harus memegang tangannya dan menjabatnya?” Nabi menjawab, “Ya.” (HR Turmuzi)

Menurut Hadis di atas, ada tiga hal yang biasa dilakukan masyarakat Arab ketika bertemu dengan sesamanya, yaitu:

1.membungkukkan badan;
2.mendekap dan mencium dengan mengecupkan mulut; dan
3.berjabat tangan.
Dari ketiga hal di atas, hanya satu yang diakui Rasulullah yaitu berjabat tangan. Namun fenomena yang terjadi sekarang adalah sebaliknya. Masyarakat kita masih melakukan ketiga hal di atas. Tidak jarang kita membungkukkan badan pertanda hormat kepada sesama, ataupun berpelukan tanpa berjabat tangan. Yang paling tidak wajar adalah melakukan ketiga hal tersebut sekaligus.

Kita harus akui bahwa sesuatu yang selama ini kita anggap sepele ternyata mendapat perhatian serius dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Saatnya bagi kita untuk merenungkan kembali apakah yang kita lakukan selama ini sudah sesuai dengan anjuran Rasulullah atau tidak.

Bolehkah Bersalaman dengan Mencium Tangan?

Jawabannya terdapat dalam Hadis berikut:

Dari Shafwan bin ‘Assal r,a., ia menceritakan bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada kawannya, “Marilah kita pergi menemui Muhammad”. Maka keduanya pun datang menemui Nabi dan menanyakan tentang sembilan ayat. Setelah Nabi menjawab semua pertanyaan tersebut, mereka lalu mencium tangan dan kaki Nabi seraya berkata, “Kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi.” (HR Turmudzi)

Tindakan kedua Yahudi tersebut didasari oleh keyakinan mereka (setelah mendengarkan penjelasan dari Nabi), bahwa beliau adalah orang yang benar dan pantas untuk dihormati. Jawaban yang beliau berikan mampu memuaskan dan membuka mata hati mereka yang selama ini tertutup.

Dari Hadis di atas dapat kita kembangkan beberapa hal, di antaranya:

•Orang yang belum masuk Islam belum tentu musuh kita. Bisa saja mereka tidak memeluk Islam karena mereka belum mendapatkan informasi yang benar tentang agama kita.
•Tunjukkan akhlak mulia kepada mereka sehingga mereka bisa melihat lebih jauh sisi baik Islam dari penganut Islam itu sendiri. Dengan demikian, mereka bisa tertarik untuk mempelajari Islam.
•Yang berhak dicium tangannya hanyalah mereka yang punya kelebihan dalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama.
•Diperbolehkan mencium tangan orang-orang yang mempunyai hubungan darah atau hubungan keluarga, seperti anak mencium tangan kedua orangtua atau kakek dan neneknya, menantu mencium tangan mertuanya, dan sebagainya.
•Tidak diperbolehkan mencium tangan orang asing yang tidak dikenal dan orang yang senang berbuat maksiat kepada Allah. Kesalahan yang sering dilakukan oleh para orangtua adalah memaksakan anaknya mencium tangan orang-orang yang tidak mereka kenal, hanya supaya dianggap sebagai anak yang sopan.
Bersalaman Setelah Shalat, Bolehkah?

Bersalaman setelah shalat sering dilakukan terutama di Indonesia. Kadang-kadang, mereka bersalaman dengan antrian yang sangat panjang sehingga menyulitkan dan mengganggu keleluasaan jamaah lain dalam bergerak ataupun berzikir. Apakah itu termasuk bagian dari agama? Saya belum pernah mendapatkan satu dalil pun, baik ayat Al-Qur’an maupun Hadis yang membahas hal tersebut. Namun berhubung ada hadis yang menganjurkan berjabat tangan, maka bersalaman setelah shalat diperbolehkan sebatas tidak mengganggu dan menyulitkan jamaah yang lain.

Satu hal yang perlu kita ingat adalah bahwa berjabat tangan itu bukanlah kewajiban agama yang harus dilaksanakan oleh semua orang. Amalan seperti ini bersifat anjuran. Karena itu, kita tidak boleh berprasangka buruk kepada orang-orang yang tidak berjabat tangan dengan kita.

http://ruslihasbi.wordpress.com

Khamis, 6 Mei 2010

Baitul Maqdis Sejarah Yang Tidak Pernah Luput.

Thursday, May 06, 2010

Oleh : Muhammad Ibnu Nazir.
MyMini Library.

BismillahirRahmanirRahim. Innal hamda lillahi, nahmaduhu wa nast'inuhu, man yahdihil lahu fala mudhilla lahu, waman yudhlil fala hadiya lahu. Wa asyhadu anla ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu waanna Muhammadan abduhu wa Rasulluhu.


Amma ba'du.


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, dan Salam Sejahtera buat semua yang hadir di sini. Terutamanya para Mujahidin dan Mujahadah Siber yang tidak putus-putus menyebarkan kebenaran demi mentauhidkan Allah SWT. Semoga kita semua dirahmati dan dilindungi Allah Azza Wajalla.


Sejarah lalu mengamit segala percaturan hidup manusia, memberi kesan ilmiah yang berguna untuk sekelian insan. Bagi yang mengenal malah mengambilnya sebagai renungan Ibrah adalah yang sebaik-baiknya untuk bekalan sepanjang zaman. Sejarah penaklukan Romawi ke atas bumi Anbiya’ adalah sejarah yang tidak pernah luput dan lekang dalam dunia Islam. Walaupun ia sudah beribu tahun yang lalu, namun para pengkaji sejarah tetap mencari akan kebenaran. Kebenaran Al-Quran, Kebenaran Al-Sunnah SAW, kebenaran hakikat kehidupan dan kebenaran mengenal diri kepada Maha Pencipta. Kebenarannya akan terlihat jika kita mengetahuinya melalui asas-asas yang benar. Kebenarannya itu juga akan terpancar jika sunnah SAW itu kita teladani dan ikuti dan kebenaran itu akan jelas kelihatan jika tauhid Allah SWT itu kita sematkan dalam hati dan diri kita.


Jika kita miliki segunung kertas pujian dari manusia sekalipun, namun kepercayaan akan tauhid Allah SWT itu kita abaikan, maka tidak mustahil, segunung kertas tersebut adalah donggengan hidup yang memalukan. Lihat sahaja dekad ini, manusia begitu gah dengan pencapaian sebuah kertas yang berprestij, namun masih lagi ingkar akan kewujudan Tuhan, dan malah masih ‘degil’ untuk bersujud terhadap-Nya. Perlu diingati juga, ‘kertas’ adalah sebuah kertas yang tidak bernilai jika hati-hati itu berpaksikan duniawi yang melalaikan. Maka bertuahlah manusia itu yang menganggap bahawa ‘kertas’ itu hanyalah sebuah dokongan untuk mengapai cinta Illahi. AllahuAkbar!


“Baitul Maqdis Sejarah Yang Tidak Pernah Luput.”


Sebagaimana yang telah diriwayatkan sebelum ini, didapati bahawa peristiwa tersebut berlaku pada tahun 15 Hijrah bersamaan 636 Masihi, bilamana pasukan-pasukan tentera di bawah panglima perang masing-masing yang terkenal seperti Khalid Ibn Walid, Ubaidah, Amru Ibn Ash, Syarahbil Ibn Hasanah, Ikhrimah Ibn Abi Jahl, Yazid Ibn Abi Sufyan, Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, Qa’qa dan lain-lain berjaya membebaskan daerah-daerah penting di Syam (kini Palestin, Jordan dan Syria) yang diduduki oleh pasukan-pasukan Romawi Byzantium.



Ketika itu pasukan Islam di sebelah selatan dipimpin oleh Amru Ibn al-Ash dan Syarahbil Ibn Hasanah masih tetap mengepung Jurusalem dari setiap penjuru, terutama dari arah laut tengah. Pasukan Islam diperkuatkan lagi oleh beberapa bantuan dari Madinah, antara lain pasukan yang dipimpin oleh Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan. Hasil daripada pengepungan yang berlangsung lebih empat bulan itu, akhirnya Rom Byzantium yang berada di dalam Kota Jerusalem menyerah kalah dan penduduk Iliya (nama Jerusalem ketika itu) yang dipimpin oleh tokoh agama Kristian Patriarch Shafarniyus ingin mengadakan perjanjian damai dengan pemerintah Islam, seperti daerah-daerah lainnya yang sudah dibebaskan sebelumnya. Setelah tewasnya tentera Rom terhadap tentera Islam, maka perjanjian perdamaian telah dapat dimeterai oleh kedua-dua pihak.


Persoalannya.


Apakah isi kandungan Perjanjian tersebut?


Perjanjian Perdamaian Jerusalem.


Berbeza dengan perjanjian-perjanjian perdamaian yang dibuat sebelumnya yang mana ianya cukup lengkap dengan panglima-panglima perang di bahagian masing-masing, penduduk Jerusalem di bawah pimpinan Patriarch Shafarniyus ingin membuat perjanjian terus dengan Khalifah Umar Ibn al-Khatab r.a dan memohon kehadiran khalifah yang terkenal adil dan bijaksana itu ke Jerusalem untuk menerima penyerahan kunci kota suci itu secara rasmi.


Terdapat dua riwayat menyatakan mengenai siapa yang menulis surat kepada Khalifah Umar r.a bagi menunai permintaan penduduk Jerusalem untuk berdamai. Ada yang mengatakan surat itu datang daripada Amru Ibn al-Ash (panglima di sebelah selatan yang mengepung Kota Jerusalem) dan ada riwayat lain pula menyatakan bahawa surat tersebut ditulis oleh Abu Ubaidah (panglima di sebelah utara yang dipindahkan oleh Khalifah Umar r.a ke sebelah selatan). Namun, satu pekara dalam peristiwa ini yang mendapat kesepakatan ahli sejarah, iaitu perjanjian perdamaian tersebut dilakukan di suatu tempat yang disebut “Jabiyah” yang terletak di utara Yarmuk, iaitu kira-kira 200 km dari kota Jerusalem.


Fasa Perjanjian Damai Antara Patriarch Shafarniyus Dan Khalifah Umar Al-Khattab R.A


Setelah mendapat sokongan daripada para sahabat di Madinah, Khalifah Umar r.a berangkat bersama-sama dengan sebuah pasukan yang dibantu dibahagian sebelah selatan menuju Jabiyah. Sebagai pengganti khalifah di Madinah, maka dilantik Sayidina Ali r.a yang ketika itu banyak memberikan saranan-saranan positif di atas keberangkatan Khalifah r.a memenuhi permintaan penduduk Jerusalem untuk hadir di Baitul Maqdis.


Setelah sampai di Jabiyah, Khalifah Umar r.a, disambut oleh panglima-panglima perangnya dengan berpakaian mewah hasil rampasan dari pasukan Romawi Byzantium yang telah dikalahkan. Melihat penampilan para panglimanya yang sebegitu rupa, Khalifah Umar r.a tidak langsung menunjukkan kegembiraan, sebaliknya raut wajahnya jelas kelihatan yang beliau amat marah. Khalifah Umar r.a menyangka bahawa pasukannya telah terpedaya oleh kemewahan dunia sepertimana yang telah berlaku kepada pasukan Romawi, tetapi setelah mereka perjelaskan kepada Khalifah bahawa yang dipakai itu ialah sejenis senjata perang (perlengkapan perang), barulah wajah beliau berubah bangga.



Tidak beberapa lama berada di Jabiyah, datang beberapa orang pegawai tinggi utusan Patriarch ke Jerusalem untuk melaksanakan perjanjian damai yang mereka usulkan kepada Khalifah Umar R.A. Pegawai tersebut disambut dengan baik dan berlakulah upacara menandatangani perjanjian tersebut yang disaksikan oleh penglima-panglima perang Islam, baik dari bahagian sebelah utara mahupun selatan.


Berikut adalah teks perjanjian perdamaian antara penduduk Jerusalem dengan Khalifah Umar R.A seperti mana yang terdapat di dalam buku sejarah dunia Imam Al-Tabari (310 H).



Teks Perjanjian Perdamaian Antara Penduduk Jerusalem Dengan Khalifah Umar Ibn Khattab R.A.


BismillahirRahmanirRahim


Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah Umar Ketua Negara Islam, kepada rakyat Iliya’. Dia menjamin mereka akan keamanan pada diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib, yang sakit mahupun yang sihat dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh mengganggu gereja mereka mahupun mencerobohinya, mengurangi mahupun menghilangkan sama sekali, demikian pula tidak boleh menganggu salib dan harta benda mereka sama sekali. Tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama dan tidak boleh menganggu mereka. Tidak dibolehkan bagi penduduk Iliya’ untuk memberi tempat tinggal kepada orang Yahudi.


Mereka wajib membayar jizyah (cukai kepala), seperti orang Madain (penduduk Iraq). Mereka wajib mengusir orang Romawi sebagai pencuri. Apabila mereka (orang Romawi) ingin meninggalkan Jerusalem secara sukarela, mereka akan dilindungi sehingga ke perbatasan, tetapi apabila mereka ingin tetap tinggal bersama rakyat Iliya’, diharuskan membayar jizyah seperti rakyat Iliya’. Dibenarkan bagi penduduk Iliya’ yang berminat meninggalkan (tempatnya) pergi bersama-sama bangsa Romawi dengan membawa harta bendanya, mengosongkan tempat peribadatannya, dan salib-salibnya dan akan dilindungi hingga ke perbatasan yang dianggap aman.


Orang lain yang ingin tinggal diwajibkan membayar jizyah seperti rakyat Iliya’. Dibenarkan sesiapa yang akan pergi bersama-sama orang Romawi, dan sesiapa yang kembali ke Iliya’ untuk tinggal bersama-sama ahli keluarganya, tidak akan dipungut ke atas mereka jizyah hingga dapt hasil. Perjanjian ini akan dilindungi oleh Allah SWT dan dijamin oleh Rasul-Nya serta dilaksanakan oleh para Khulafa dan ditaati oleh Muslimin, selama mereka membayar jizyah sebagai kewajipannya.


Iliya’ adalah nama yang masyhur bagi Jerusalem ketika itu. Setelah selesai upacara menandatanggani perjanjian perdamaian, Khalifah Umar R.A dengan disertai dua panglima iaitu Syurahbil dan Amru al-Ash berangkat menuju ke Baitul Maqdis untuk memenuhi undangan Patriarch dan menerima penyerahan kunci Kota Jerusalem. Lebih penting daripada itu bagi Khalifah Umar R.A ialah melakukan ziarah ke Masjid al-Aqsa seperti yang dianjurkan oleh Nabi S.A.W.


Ketokohan Amirul Mukminin.


Perjalanan dari Jabiyah (tempat menandatangani perjanjian) perlu ditempuh selama berhari-hari. Selain jaraknya yang jauh, jalannya menempuhi laluan yang agak sukar. Umar R.A bertolak ke Jerusalem dengan seorang pembantunya. Mereka bergilir-gilir menaiki kuda. Apabila hampir tiba di Jerusalem, kebetulan giliran pembantu Umar R.A menaiki kuda dan beliau menarik tali pedati kuda. Maka pembantu beliau berkata,


“Wahai Amirul Mukminin, lebih baik anda menaiki kuda dan hamba menarik tali pedati tersebut.”


Namun Umar R.A tetap bertegas untuk mengikut gilirannya. Sementara itu, pembesar-pembesar Kristian dan penduduk Jerusalem yang menanti ketibaan Umar R.A dan mengandaikan beliau akan tiba dengan satu rombongan yang besar dan hebat sehebat namanya, amat terkejut apabila sangkaan mereka meleset kerana Umar R.A hanya ditemani seorang sahaja pembantunya, setibanya di Jerusalem.


Lebih mengharukan, mereka melihat Khalifah Umar R.A yang menarik tali kuda, dan ditunggang oleh hambanya. Patriarch Syarafniyus sambil menangis berkata kepada Umar R.A.


“Kalau beginilah kamu, sesungguhnya kerajaan kamu tidak akan tewas.”


Umar R.A menjawab,


“Sesungguhnya keadaan kita adalah seperti roda, adakalanya di atas dan adakalanya di bawah.”


Mereka menghormati Khalifah Umar R.A kerana kelembutan kata-katanya, keadilan dan kesungguhannya melaksanakan isi perjanjian yang baru sahaja dibuat. Penduduk Jerusalem merasa diri, harta benda dan agama serta gereja-gereja mereka kini dalam keadaan aman. Mereka merasakan perbezaan yang jelas antara keadilan Khalifah Umar R.A dengan senua Kaisar yang datang sebelumnya. Setelah selesai upacara sambutan, Khalifah Umar R.A serta rombongan beristirehat untuk pertemuan seterusnya pada pagi esoknya.


Pembebasan Baitul Maqdis.


Khalifah Umar R.A melakukan solat dua rakaat, tanda bersyukur atas nikmat besar yang dikurniakan Allah SWT kepada umat Islam, iaitu berjaya membebaskan Baitul Maqdis, tempat Israk Mikraj Rasulullah SAW, dan Masjid al-Aqsa yang merupakan satu antara tiga masjid yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk menziarahinya. Rasulullah SAW tidak pernah datang lagi ke tempat yang mulia ini setelah peristiwa Israk Mikraj. Begitu juga Khalifah Abu Bakar R.A, di mana pada masa beliau memegang jawatan khalifah, tidak tercapai membebaskan dan melihat kota suci ini. Khalifah Umar R.A sangat beruntung kerana menyaksikan sendiri kota Baitul Maqdis dibebaskan.


Baitul Maqdis Medan Sejarah Islam.


Pada hari kedua kunjungan Khalifah Umar R.A, Patriarch Syarafniyus mengajak beliau berjalan-jalan di sekeliling kota untuk melihat tempat-tempat bersejarah, tempat-tempat suci dan tempat-tempat orang Kristian melakukan ziarah haji. Baitul Maqdis adalah tempat diturunkan sebahagian besar Risalatussama’ (Risalah dari langit) dan tempat para Nabi dan Rasul menegakkan risalah Allah SWT.


Masjid Al-Aqsa Di Palestin


Di sinilah Nabi Musa A.S serta pengikutnya Bani Israel tinggal setelah keluar dari Mesir dan di sini juga pernah berlaku cubaan menyalib Nabi Isa A.S yang kemudian didirikan Gereja Al-Qiyamah. Di Baitul Maqdis terdapat Mihrab dari Nabi Daud A.S dan Batu Nabi Yaakub A.S, tempat Rasulullah SAW melalui Mikraj, menurut beberapa riwayat.


Peta Palestin Pada Tahun 2007


Sebahagian besar daripada tempat-tempat bersejarah ini dibanggunkan atas runtuhan atau bekas bangunan tempat-tempat ibadah “Watsanit’ penyembah berhala di zaman Romawi pertama, Babylonia dan zaman Pharaoh di Mesir. Kesemuanya ini telah diceritakan oleh Patriarch Jerusalem kepada Khalifah Umar R.A.


Keengganan Kalifah Umar R.A Mengerjakan Solat Di Gereja Al-Qiyamah Dan Gereja Constantine.


Ketika masuk waktu solat Asar, Patriarch mempersilakan Khalifah Umar R.A solat di Gereja al-Qiyamah, tetapi Khalifah Umar R.A menolaknya kerana bimbang tempat itu akan diubah menjadi masjid dengan alasan bahawa beliau pernah melakukan solat di situ. Begitu juga, Khalifah Umar R.A menolak melakukan solat di Gereja Constantine yang letaknya tidak jauh dari Gereja al-Qiyamah.


Gereja Al-Qiyamah Di Jerusalem


Dengan Berpandukan petunjuk dan isyarat yang pernah diberikan oleh Rasulullah SAW mengenai Baitul Maqdis dan tempat Baginda SAW mengerjakan solat ketika itu (Israk Mikraj), Khalifah Umar R.A pergi ke tempat lain iaitu kira-kira 500 meter dari Gereja al-Qiyamah dan beliau sampai di suatu tempat dekat satu bongkah batu besar (Shakhrah) dan di sanalah beliau dan rombongannya mengerjakan solat.


Detik Pembinaan Masjid Umar.


Semenjak Khalifah Umar R.A dan rombongannya mengerjakan solat di Shakhrah, tempat tersebut dibanggunkan secara sederhana dengan dibina kubah seperti mana banggunan Masjid Nabawi di Madinah ketika Rasulullah SAW pertama kali membanggunkan masjid tersebut. Itulah masjid yang pertama kali dibanggunkan di atas halaman Al-Haramussyarif Baitul Maqdis yang kemudian disebut Masjid Umar.


Masjid Umar Al-Khattab R.A Di Palestin


Suasana Di Dalam Masjid Umar Al-Khattab R.A Di Palestin


Sehubungan dengan bangunan Masjid Umar, Imam Ibn Jarir al-Tabari dalam buku sejarah dunianya mengatakan :


“Sebelum Khalifah Umar R.A mengerjakan solat, beliau telah bertanya kepada salah seorang sahabat yang berasal daripada kalangan orang yahudi Madinah yang bernama Ka’ab al-Ahbar, “Ke mana musala/masjid akan dihadapkan?” Ka’ab al-Ahbar menjawab, “Ke Shakhrah.” Khalifah Umar R.A berkata, “Kamu masih seperti orang yahudi (agama yahudi). Hai Ka’ab, saya perhatikan kamu membuka sepatu di tempat ini.” Selanjutnya Khalifah Umar R.A berkata, “Saya akan menghadapkan masjid ini ke dadanya (ke hadapan). Sebagaimana Rasulullah SAW menghadapkan masjid kita kea rah hadapan. Saya tidak pernah diperintahkan lagi untuk menghadap ke Shakhrah, tetapi Khalifah Umar dan umat Islam semuanya menghormati Shakhrah, kerana tempat ini ialah tempat Rasulullah SAW memulakan Mikraj.”


Pemeliharaan Shakhrah.


Ketika Khalifah Umar R.A menemui batu tersebut, beliau dan pasukan tentera Islam membersihkannya dengan membuang tompokan tanah dan sampah yang menutupi batu itu akibat perbuatan orang Romawi yang pernah menduduki Jerusalem kerana kebencian mereka terhadap orang yahudi.


Masjid Al-Shakhrah Di Palestin


Semenjak itu Shakhrah mendapat perhatian dan pemeliharaan umat Islam dengan sebaik-baiknya, sehingga zaman Khalifah Umayyah Abdul Malik Ibn Marwan yang mengabdikannya dengan membanggunkan sebuah masjid yang megah dan indah di atas Shakhrah yang hingga sekarang di kenali dengan Qubbah Al-Shakhrah atau Masjid Al-Shakhrah.


Kelainan Masjid Al-Shakhrah berbanding Masjid Al-Aqsa dan masjid-masjid lain, ialah Masjid Al-Shakhrah tidak menghadap ke Kaabah, kerana tidak mempunyai mimbar tertentu yang menghadap ke Kaabah. Seperti yang kita lihat di dalam gambar, Masjid Al-Shakhrah berbentuk bulat seperti kubah, oleh kerana itu ia lebih di kenali sebagai kubah berbanding masjid.


Abdul Malik Ibn Marwan membina bangunan tersebut bukan sebagai masjid tetapi untuk mengabdikan tempat bermulanya Mikraj Rasulullah SAW, sedang masjid yang dibangunkan bersebelahannya sehingga sekarang di kenali dengan nama Masjid Al-Aqsa. WaAllahua’lam.

Susahnya Mengharamkan Minuman Alkohol di Bahrain


Anggota parlemen Bahrain UEA akhirnya menyetujui undang-undang yang akan memberlakukan larangan terhadap minuman alkohol, namun larangan tersebut hanya berlaku untuk umat Islam saja; sehingga memungkinkan non-Muslim untuk minum minuman haram tersebut di tempat-tempat yang ditetapkan oleh pemerintah, lapor sebuah koran lokal pada hari Selasa kemarin (4/5).

Dalam sesi dimana adanya modifikasi beberapa pasal pengenaan pidana yang diajukan untuk dipilih, Ali al-Saleh, ketua Dewan Konsultatif, meminta anggota parlemen untuk tidak membesar-besarkan persoalan minuman alkohol dalam interpretasi mereka atas hukum Islam, harian independen Bahrain al-Wasat melaporkan.

Wakil ketua dewan konsultatif, Jamal Fakhro, menyatakan bahwa membaca laporan yang ditulis oleh komite dan mendengarkan perdebatan anggota parlemen tentang larangan alkohol terungkap bahwa mereka berfokus lebih pada dimensi religius terhadap masalah ini.

"Mereka telah lupa bahwa Bahrain adalah sebuah negara sipil yang diatur oleh konstitusi, dan tempat tinggal untuk semua agama selain Islam, yang merupakan agama resmi dan sumber utama undang-undang," kata Fakhro.

Larangan minuman alkohol adalah subyek perdebatan yang sengit di parlemen Bahrain, beberapa anggota parlemen menentang gagasan terhadap larangan minuman alkohol sama sekali sementara yang lain menginginkan diterapkannya larangan untuk semua penduduk, Muslim dan non-Muslim.

Meskipun akhirnya tercapai sebuah kompromi dengan membatasi larangan hanya untuk umat Islam saja, anggota parlemen dari kubu liberal tetap memperingatkan dampak dari memberlakukan larangan tersebut, terutama terkait perekonomian dan pendapatan negara yang bersangkutan.

"Larangan itu akan berdampak negatif terhadap investasi di Bahrain," kata anggota parlemen Khaled Al-Moayed. "Saya heran mengapa ulama bersikeras campur tangan dalam urusan politik dan ekonomi."

Kelompok Liberal dan juga anggota kamar dagang dan industri sangat mendukung pendapat Moayed, yang semuanya berpendapat bahwa sebagai negara yang ramah terhadap investasi dengan ekonomi pasar bebas, Bahrain akan menderita kerugian jika larangan tersebut diterapkan.

Sedangkan kubu Islam menyatakan larangan parsial itu terlalu banyak kompromi, mereka meminta hukum larangan minum minuman beralkohol diterapkan untuk semua orang.

Abdul-Halim Mourad, anggota parlemen dari kubu Islam al-Asala, mengkritik undang-undang baru itu dan mencemooh apa yang dilihatnya dengan menjadikan alasan pasar terbuka di Bahrain untuk melegalkan minuman alkohol.

"Ini bukan sebuah pasar terbuka. Yang terbuka adalah jalan menuju ke neraka," katanya menegaskan.(fq/aby)

Jadikanlah Allah sebagai Tujuan Utama Amal Kita

oleh Syaikh Muhammad Mahdi 'Akif


Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.

Pada proses kelahiran atau persalinan biasanya terdapat rasa sakit. Namun pada saat yang sama hal itu merupakan pertanda akan datangnya sebuah kabar gembira. Pertanda hadir dan lahirnya sebuah kehidupan baru.

Umat Islam beberapa tahun terakhir merasakan berbagai macam rasa sakit dan penderitaan akibat ulah Firaun zaman modern. “Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 4)

Namun janji Allah SWT pasti akan tiba yaitu mereka yang tertindas oleh kekuatan Firaun akan diberi pertolongan. “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi, dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu .” (Al-Qashash: 5 - 6)

Perhatikan sejarah

Bagi mereka yang berpangku tangan akan masalah yang menimpa Al Aqsha, juga bagi mereka yang menyerah pada kekuatan musuh, inilah kesaksian kami: “Orang-orang yang ditinggalkan itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka jahanam itu lebih sangat panas" jika mereka mengetahui. (At Taubah: 81)

Lebih dari 57 tahun umat Islam terperangkap dalam jerat zionisme Israel yang membawa berbagai virus kerusakan. Mereka menguasai Al Quds, merampas berbagai peninggalan yang amat bersejarah; tembok Buroq, tempat lahirnya Isa, peningalan para nabi-nabi, lokasi kubur para pejuang Islam. Virus kerusakan yang menjangkit ini terus bergerak menghancurkan Palestina “Mereka tidak memelihara kerabat terhadap orang-orang mu'min dan tidak perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (At Taubah: 10)

Demokrasi yang diteriakkan oleh Bush, Lord Balfour dan teman-temanya semakin membuat virus ini bertambah gila. Sesungguhnya penjajahan Inggris yang berlangsung selama 28 tahun atas bumi Palestina merupakan langkah awal bagi berdirinya Negara Yahudi. Pada saat diproklamirkan tahun 1948 jumlah bangsa Yahudi telah mencapai 605.000 jiwa padahal pada awal penjajahan Inggris jumlah mereka hanya 56.000 jiwa saja!!!

Bangsa Barat yang katanya pejuang HAM tak berbuat apa-apa pada saat penduduk Palestina yang berasal dari 531 kota dan desa terusir dari kampung mereka pada tahun 1948. Mereka adalah penduduk asli dari tanah air yang kini bernama Israel. Lebih dari 92% tanah Israel yang ada pada hari ini adalah milik pengungsi palestina yang diambil secara paksa.

Warga Palestina dipengungsian kini berjumlah sekitar 5.200.000, namun organisasi internasional yang mengurusi para pengungsi hanya mengurusi sekitar 4 jutaan dan bantuan yang diberikanpun berkurang dari tahun ke tahun.

Pembantaian Zionis atas bangsa Palestina

Bertahun-tahun secara langsung dan tak langsung Inggris terlibat dalam 17 kali aksi pembantaian atas bangsa Palestina yang dilakukan oleh Bangsa Yahudi. Hampir semua bumi Palestina berwarna merah darah; pembantaian Dir yasin, Sobro dan Syatilla, Bahrul Baqardan lain sebagainya. Ribuan orang terusir dari kampungnya, mereka yang lari ke masjid dan gereja pun tak luput dari pembantaian. Tercatat lebih dari 24 kali peristiwa pembantaian dilakukan oleh bangsa Yahudi dan anehnya pihak Barat mengatakan bahwa itu hanya peristiwa kecil yang tak perlu dibahas lebih lanjut.

Pembantaian demi pembantaian; Derita demi derita

Jika pada hari ini kita memperingati hari Nakbah 15 Mei 1948, maka ada satu hal yang tetap ingin disampaikan oleh Ikwanul Muslimin bahwa meskipun penderitaan ini telah berlangsung 57 tahun namun kita tak akan melupakan hak rakyat Palestina atas tanah air mereka. Para ulama dan fuqoha pun berijma dan bersepakat bahwa jika ada tanah umat islam yang dirampas, maka semua umat islam wajib membebaskannya. Baik yang besar, kecil, laki-laki bahkan dalam kondisi seperti ini para wanita tak perlu lagi izin suaminya untuk berjihad. “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (At-Taubah: 41)

Sesungguhnya derita yang dialami oleh saudara kita di Palestina yang telah berlangsung selama lebih dari 57 tahun ini akan terus hidup bersama kita, siang malam. Semenjak Negara Israel diproklamirkan sampai pada hari ini, penderitaan tak pernah henti. Tangis para ibu ang kehilangan anaknya. Jeritan mereka yang ditahan di penjara-penjara Israel. Ini bukan derita satu hari atau satu tahun, namun ini telah berlangsung sampai hari ini!!!

Setelah 57 tahun, Nakbah ini…Derita ini, tak hanya di rasakan oleh Bangsa Palestina saja. Namun perlahan virus penjajahan ini terus menjalar ke sekujur tubuh ummat Islam tanpa terasa. Dia memporak-porandakan Somalia, merampas kekuatan Libya, menjajah Afghanistan, membumihanguskan Irak, mengepung Syria dan Iran, memunculkan beragam fitnah di Libanon, dia berusaha memecah belah Sudan bahkan virus keji ini telah memiliki pangkalan militer di berbagai Negara Arab.

Virus ini berjangkit dengan tanpa terasa. Secara tak langsung ia menjerat umat Islam. Kadang dengan bantuan pinjaman utang Luar Negeri, kadang dengan dipaksakannya sebuah sistem pendidikan yang memihak ke Barat dan Amerika bahkan kadang dengan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan, kadang juga dengan serbuan budaya bebas nilai, seks bebas atau bahkan dengan bungkus toleransi dan kebebasan beragama juga dengan isu HAM dan isu demokrasi, reformasi dan lain sebagainya.

Kini virus keji itu berbicara dengan bahasa perdamaian yang mengandung makna “menyerah” yang penuh dengan fatamorgana. “Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya . (An Nuur: 39).

Berbagai pembicaarn damai telah digelar, mulai dari Oslo, Camp David, Sarm Syeikh, Peta Jalan Damai dan lainnya namun tak ada hasilnya. Malah yang terjadi adalah pemutar balikkan fakta. Rakyar palestina menjadi pengungsi, aksi bom syahid dikatakan sebagai aksi terorisme, tanah yang dirampas menjadi pemukiman, penjajah menjadi penduduk asli, para pejunag Hamas dan Jihas Islam disebut sebagai perusak dan teroris. Maka semaki lengkaplah derita umat Islam ini. “Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk mu, hingga datanglah kebenaran dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya” (At-Taubah; 48). Bukan hanya sisi politik Umat islam yang dirampas, namun sector ekonomi umat islam juga semakin terancam dengan diberlakukanyya pasar bebas di kawasan Timur Tengah.

Kepada Rakyat Palestina

Wahai para pejuang sejati, lemahnya posisi membuat kami tak dapat berjihad langsung bersama kalian menghadapi apa yang kalian hadapi, menyongsong janji Allah:

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.” (At-Taubah: 14)

Mohonlah pertolongan pada Allah dan bersabarlah. Satukan barisan. Jangan tertipu oleh dunia. Juga jangan kalian disibukkan oleh urusan konflik politik sehingga melupakan problem asasi kita yang sebenarnya. Ingatlah bahwa inti kekuatan kalian terletak pada persatuan dan kuatnya persaudaraan. “Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.” (Muhammad: 35)

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka . Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan , sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (An -Nisa: 104)

Wahai Umat Islam

Berbuatlah sesuai dengan realita. Kita memiliki modal untuk bangkit. Sikap keprajuritan adalah langkah awal kemenangan. “Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam tertipu.” (Al-Mulk: 20)

Hendaknya langkah awal kalian adalah kembali pada Allah SWT, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raf; 96)

Wahai para Pemimpin

Sesungguhnya Hari Kiamat itu akan sangat dahsyat. Masing-masing manusia akan menghadap Allah SWT. “Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (Maryam: 95)

Kami khawatir akan beban berat yang kalian emban. “Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban mereka, dan beban-beban di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.” (Al-Ankabut: 13). Ingatlah akan rakyat kalian yang kalian pimpin, ini adalah amanah. Jnagn sampai pada hari kimat nanti ini akan menjadi penyesalan.

Pada para Kader Ikhwan

Ingatlah selalu syiar kalian. Jadikan Allah SWT sebagai tujuan utama dalam setiap aktifitas yang dilakukan. Bukankah Allah memberikan kabar gembira bagi mereka yang berniat tulus dan berhati baik. “kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (Asy-Syuara: 89)

Jadikan Rasulullah saw sebagai teladan yang terus hidup dalam jiwa kalian yang akan membangkitkan semangat kalian. “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At Taubah: 128)

Berdoalah terus untuk Al-Aqsha. Dan jadikanlah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kalian dan bekal dalam perjalanan juga sebagai landasan dalam bermuamalah dengan manusia yang lain.

Ingatlah bahwa siapa saja yang menginginkan kehidupan akhirat maka itu dapat diraih dengan pertolongan Al-Qur’an. Juga barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka juga dengan wasilah Al-Qur’an. Bahkan yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya, juga dengan Al-Qur’an.

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu , maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal.” (Ali Imran: 160)

(disampaikan pada Risalah Ikhwan edisi Mei 2005)