30 Tahun Islamic Center of Boston, Open House untuk Non-Muslim
"Assalamu'alaikum, salam sejahtera untuk Anda semua," kata Dr. Malik Khan, menyambut tamu-tamu yang datang ke Islamic Center of Boston (ICB).
Sebagai presiden ICB, ia bersama komunitas Muslim lainnya di Boston menerima para tamu undangan dari berbagai latar belakang agama untuk merayakan 30 tahun berdirinya ICB yang beralamat di 126 Boston Post Road, Wayland. Sebagai bagian dari perayaan itu, ICB akan menggelar acara open house tanggal 15 Mei mendatang, bagi warga Boston yang ingin mengetahui lebih jauh atau belajar tentang agama dan sejarah Islam.
"Kami ingin membuka pintu rumah kami agar kita saling mengenal sebagai bagian dari masyarakat. Kita semua sedang menghadapi isu-isu yang rumit dan saling mengenal bisa meredakan ketegangan. Pada kesempatan ini, pengunjung bisa menanyakan apa saja, hal-hal yang mungkin selama ini takut mereka tanyakan, tentang Islam," kata Dr Khan yang sudah dua periode terpilih sebagai presiden ICB.
Open house yang akan berlangsung mulai pukul 11.00-16.00 terbuka untuk umum, termasuk non-muslim. Ketua panitia open house, Dr. Abdul Kadir Asmal mengatakan, acara ini sekaligus untuk menjawab kekhawatiran publik AS, khususnya warga Boston, menyusul penangkapan seorang muslim AS asal Pakistan yang mengaku sebagai pelaku rencana serangan ke Times Square, New York yang berhasil digagalkan oleh kepolisian AS dua pekan yang lalu.
"Kami akan menjawab pertanyaan apa saja dari para pengunjung, bahkan pertanyaan yang tidak enak sekalipun. Para pengunjung tidak perlu merasa sungkan, karena kami berharap, ketika mereka meninggalkan Islamic Center ini, mereka merasa telah mendapatkan respon yang jujur dari kami," ungkap Dr. Asmal.
ICB didirikan pada tahun 1980. Sebelum punya gedung sendiri, ICB menggunakan ruang sekolah Cambridge untuk memberikan pendidikan budaya dan bahasa pada komunitas Muslim di Wayland. Tahun 1986, mereka membeli sebidang tanah dan membangun gedung ICB yang kemudian menjadi pusat kegiatan pendidikan dan keagamaan. Tahun 1992, ICB yang terus berkembang, membangun masjid yang memiliki delapan ruangan, sekolah dan pusat kegiatan sosial komunitas Muslim yang menjadi gedung Islamic Center of Boston hingga sekarang.
Dr. Asmal mengatakan, pasca serangan 11 September 2001, dimana komunitas muslim harus menghadapi pencitraan sebagai "teroris", jamaah ICB aktif melakukan pertemuan dan dialog dengan pemuka dari berbagai agama, kepolisian dan tokoh-tokoh masyarakat untuk "memulihkan citra Islam yang tercoreng oleh ulah para teroris."
"Sekarang, kami bisa merasakan bahwa kami adalah bagian dari solusi. Kami ingin mempromosikan keyakinan agama kami bahwa tak ada satu pun dalam Islam yang tidak sejalan dengan keinginan untuk menjadi seorang warga Amerika yang loyal," ujar Dr. Asmal yang dengan keras mengecam para teroris yang telah menyelewengkan pesan perdamaian dan persaudaraan yang diajarkan agama Islam.
"Islam adalah 'cara hidup berdasarkan tuntutan Tuhan yang abadi dan tidak akan pernah berubah' yang diturunkan mulai dari Nabi Adam, Ibrahim, Musa bahkan Yesus. Islam tidak mengajarkan kebencian. Menyakiti dan membunuh umat manusia tak berdosa adalah tidakan yang sangat tidak beretika dalam Islam," tukas Dr. Asmal yang berimigrasi ke AS sejak tahun 1980.
Dalam acara open house nanti, Presiden ICB Dr. Malik Khan akan mengajak pengunjung "tur" keliling kompleks ICB dimana terdapat perpustakaan, ruang kelas tempat belajar bahasa Arab dan Al-Quran dan tentu saja ruangan besar tempat melaksanakan salat berjamaah. ICB juga menyelenggarakan kegiatan dialog antar umat beragama yang pesertanya berasal dari kalangan muslim dan non-muslim.
Salah satu peserta kegiatan itu adalah Mary Ann Borkowski. Ia mengungkapkan, setelah peristiwa pemboman gedung FBI di Oklahoma pada tahun 1995, warga Wayland mulai ingin memahami mengapa umat Islam yang dituding melakukan tindakan keji yang akhirnya diketahui dilakukan oleh seorang teroris Kristen kulit putih bernama Timothy McVeigh.
"Saya pikir, penting bagi masyarakat untuk tidak berpikir negatif terhadap komunitas yang belum mereka kenal. Mereka yang bukan Muslim, selayaknya mendidik mereka sendiri dengan pengetahuan agama yang dianut hampir seperempat penduduk dunia ini," kata Borkowski yang menganut agama Kristen Lutheran.
"Kaum Muslimin adalah tuan rumah yang hebat. Mereka yang ada di ICB bersikap baik, cepat memberikan bantuan dan sangat ingin membuka pintu 'rumah' mereka. Mereka menganggap kami, non-muslim, sebagai saudara mereka," kata Borkowski. (ln/isc/ICB)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan