Penulis Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc.
Syariah Kajian Utama 19 - Desember - 2006 20:09:29
Perjalanan suci menuju Baitullah membutuhkan bekal yg cukup. Di samping bekal harta ilmu pun merupakan bekal yg mutlak dibutuhkan. Karena dgn ilmu seseorang akan terbimbing dlm melakukan ibadah haji sesuai dgn tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu akan terhindar dari berbagai macam bid’ah dan kesalahan sehingga haji pun sebagai haji mabrur yg tiada balasan bagi kecuali Al-Jannah.
Berangkat dari harapan mulia inilah nampak penting sekali utk diangkat berbagai kesalahan atau bid’ah yg sekira dapat menghalangi seseorang utk meraih predikat haji mabrur. Di antara kesalahan-kesalahan itu adl sebagai berikut:
Beberapa Kesalahan Sebelum Berangkat Haji
1. Mengadakan acara pesta dgn diiringi bacaan doa atau pun shalawat tertentu. Bahkan terkadang dgn iringan musik tertentu. Perbuatan semacam ini tdk ada contoh dlm kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu ‘anhum.
2. Mengiringi keberangkatan jamaah haji dgn adzan atau pun musik.
3. Mengharuskan diri berziarah ke kubur sanak-famili dan orang2 shalih.
4. Keyakinan bahwasa calon jamaah haji itu selalu diiringi malaikat sepekan sebelum keberangkatan sehingga doa mustajab.
5. Kepergian wanita ke Baitullah tanpa disertai mahramnya. Atau melakukan apa yg diistilahkan dgn ‘persaudaraan nisbi/semu’ yaitu menjadikan seorang jamaah haji pria sebagai mahram bagi si wanita dlm perjalanan haji yg kemudian dapat bermuamalah sebagaimana layak dgn mahram sendiri. Demikian pula ‘nikah nisbi/semu’ yaitu dinikahkan seorang calon jamaah haji wanita dgn calon jamaah haji pria yg kemudian kedua dapat bermuamalah sebagaimana layak suami-isteri. Tentu yg demikian ini adl kemungkaran yg tdk diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
6. Melakukan perjalanan haji semata-mata bertujuan ingin ziarah ke makam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7. Melakukan shalat dua rakaat ketika akan berangkat haji.
8. Bersalaman bahkan berpelukan dgn seseorang yg bukan mahram menjelang keberangkatan ke tanah suci.
Beberapa Kesalahan Ketika Berihram dan Bertalbiyah
1. Melewati miqat dlm keadaan tdk berihram. Hal ini sering terjadi pada sebagian jamaah haji Indonesia kelompok kedua yg melakukan perjalanan dari tanah air menuju Makkah. Mereka tdk berihram ketika melewati miqat dan baru berihram setiba di Jeddah. Padahal kota Jeddah bukanlah miqat menurut pendapat yg benar.
2. Bertalbiyah bersama-sama dgn dipimpin seseorang di antara mereka.
3. Selalu dlm keadaan menampakkan pundak kanan ketika berihram padahal yg demikian itu hanya disunnahkan pada thawaf qudum.
4. Meninggalkan bacaan talbiyah dan mengganti dgn tahlil dan takbir.
Beberapa Kesalahan Ketika Thawaf
1. Mengharuskan diri utk mandi sebelum berthawaf.
2. Melafadzkan niat thawaf.
3. Mengangkat kedua tangan saat berisyarat kepada Hajar Aswad seperti ketika takbiratul ihram dlm shalat.
4. Memulai putaran thawaf sebelum rukun Hajar Aswad.
5. Melakukan shalat tahiyyatul masjid sebelum thawaf.
6. Ha mengelilingi bangunan Ka’bah yg bersegi empat saja dan tdk mengelilingi Hijr.
7. Melakukan jalan cepat pada seluruh putaran thawaf padahal itu hanya dilakukan pada 3 putaran pertama dan itu pun khusus pada thawaf qudum saja.
8. Berdesak-desakan utk mencium Hajar Aswad yg terkadang sampai mendzalimi jamaah haji lainnya.
9. Mengusap-usap Hajar Aswad dlm rangka tabarruk dan berkeyakinan bahwa yg demikian itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak bala.
10. Mencium dan mengusap-usap sebagian sudut Ka’bah atau keseluruhannya. Bahkan terkadang ada yg menarik-narik kiswah utk menyobek guna dijadikan jimat.
11. Membaca doa/dzikir khusus pada tiap putaran thawaf krn yg demikian itu tdk ada tuntunan dari baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
12. Berthawaf dlm keadaan bersedekap.
13. Keyakinan bahwasa barangsiapa mampu menggapai dinding atas dari pintu Ka’bah mk dia telah berhasil memegang Al-‘Urwatul Wutsqa yaitu: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ.
14. Berdesak-desakan utk shalat di belakang maqam Ibrahim krn dapat mengganggu jamaah lain yg sedang melakukan thawaf. Padahal diperbolehkan bagi utk melakukan walaupun agak jauh di belakang maqam Ibrahim.
15. Lebih parah lagi bila shalat setelah thawaf tersebut dilakukan lbh dari 2 rakaat.
16. Berdiri dan berdoa bersama seusai thawaf dgn satu komando. Lebih tragis lagi manakala doa itu dibaca dgn suara yg amat keras dan mengganggu kekhusyukan ibadah jamaah haji lainnya.
Beberapa Kesalahan Ketika Melakukan Sa’i
1. Berwudhu’ terlebih dahulu sebelum bersa’i walaupun masih dlm keadaan suci.
2. Mengharuskan diri utk naik ke Bukit Shafa dan menyentuhkan badan ke dindingnya.
3. Mengangkat kedua tangan sebagaimana layak takbiratul ihram sambil bertakbir tiga kali ketika berada di atas Shafa dan Marwah.
4. Berlari-lari kecil pada seluruh putaran di antara Shafa dan Marwah. Padahal yg dituntunkan hanyalah ketika lewat di antara dua tanda hijau saja.
5. Melakukan shalat dua rakaat seusai sa’i.
Beberapa Kesalahan ketika di Arafah
1. Mengharuskan diri mandi utk menyambut hari Arafah.
2. Melakukan wuquf di Arafah pada tanggal 8 Dzul Hijjah dlm rangka ihtiyath atau krn ada keyakinan bahwa hari Arafah itu pada tanggal 8 Dzul Hijjah sebagaimana yg dilakukan oleh sebagian sekte sesat Syi’ah Rafidhah.
3. Melakukan wuquf di luar batas wilayah Arafah.
4. Meninggalkan pembicaraan dan meninggalkan doa.
5. Masuk ke dlm kubah yg berada di atas Jabal Rahmah lalu shalat pada atau mengelilingi sebagaimana layak berthawaf di Ka’bah.
6. Berangkat dari Makkah ke Arafah sejak tanggal 8 Dzul Hijjah.
7. Keyakinan bahwa wuquf di Arafah pada Hari Jum’at merupakan haji akbar dan senilai dgn 72 kali haji.
8. Meninggalkan Arafah sebelum terbenam matahari tanggal 9 Dzul Hijjah.
Beberapa Kesalahan ketika di Muzdalifah
1. Tergesa-gesa saat beranjak dari Arafah menuju Muzdalifah.
2. Mengharuskan diri mandi utk menginap di Muzdalifah.
3. Tidak segera melaksanakan shalat Maghrib dan ‘Isya saat tiba di Muzdalifah bahkan sibuk mengumpulkan batu-batu kerikil.
4. Tidak menginap di Muzdalifah tanpa ada udzur syar’i.
5. Mengisi malam dgn shalat malam dan dzikir. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan malam tersebut utk istirahat.
Beberapa Kesalahan ketika Melempar Jumrah
1. Mengharuskan diri utk mandi sebelum melempar jumrah.
2. Mencuci batu kerikil terlebih dahulu sebelum dilemparkan.
3. Melempar jumrah dgn menggunakan batu besar sepatu dan lain sebagainya.
4. Keyakinan bahwa melempar jumrah itu dlm rangka melempar setan. Sehingga tdk jarang dari sebagian jamaah haji yg melemparkan benda-benda yg ada di sekitar seperti sandal payung botol dsb agar lbh menyakitkan bagi setan.
5. Berdesak-desakan jamaah haji yg lain utk bisa melakukan pelemparan.
6. Melemparkan kerikil-kerikil tersebut secara sekaligus. Padahal yg dituntunkan oleh baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adl melemparkan satu demi satu sambil diiringi takbir.
7. Mewakilkan pelemparan kepada orang lain padahal ia mampu utk melakukannya.
Beberapa Kesalahan Ketika Menyembelih Hewan Kurban dan Bertahallul
1. Enggan utk menyembelih hewan kurban yg merupakan kewajiban utk haji Tamattu’- dan lbh memilih utk bershadaqah senilai harga hewan kurban tersebut.
2. Menyembelih hewan kurban utk haji tamattu’ di Makkah sebelum hari nahr .
3. Mencukur dari sebelah kiri atau menggundul/mencukur sebagian kepala saja bagi laki-laki.
4. Melakukan thawaf di seputar masjid yg berada di dekat tempat pelemparan jumrah.
5. Tidak melakukan sa’i setelah thawaf ifadhah dlm haji tamattu’.
Beberapa Kesalahan Ketika Thawaf Wada’
1. Meninggalkan Mina pada hari nafar sebelum melempar jumrah dan langsung melakukan thawaf wada’ kemudian kembali ke Mina utk melempar jumrah. Setelah itu mereka langsung pulang ke negara masing-masing. Padahal semesti thawaf wada’-lah yg merupakan penutup dari seluruh manasik haji.
2. Berjalan mundur seusai thawaf wada’ dgn anggapan sebagai tanda penghormatan terhadap Ka’bah.
3. Membaca doa-doa tertentu yg tdk ada tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai “ucapan selamat tinggal” terhadap Ka’bah.
Beberapa Kesalahan ketika Berada di Kota Madinah
1. Meniatkan safar utk menziarahi makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal niat yg benar adl dlm rangka mengunjungi Masjid Nabawi dan shalat di dalamnya.
2. Menitipkan pesan utk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui jamaah haji dan para penziarah agar disampaikan di kuburan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih aneh lagi disertai foto/KTP yg bersangkutan.
3. Ada praktik-praktik kesyirikan yg dilakukan di kuburan Nabi antara lain:
Menyengaja shalat dgn menghadap ke kubur.
Bertawassul atau meminta syafaat kepada beliau secara langsung.
Mengusap-usap dinding kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam utk ngalap berkah yg tdk jarang disertai dgn tangisan histeris.
Berdoa secara langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mencukupi kebutuhannya.
4. Meyakini bahwa ziarah ke kubur Nabi merupakan bagian dari manasik haji.
5. Keyakinan bahwa haji seseorang tidaklah sempurna tanpa menetap di Madinah selama 8 hari utk melakukan shalat wajib selama 40 waktu yg diistilahkan dgn “Arba’inan”1.
Beberapa Kesalahan Setiba Di Kampung Halaman
1. Memopulerkan gelar ’Pak Haji’ atau ‘Bu Haji’. Sampai-sampai ada yg marah/tersinggung bila tdk dipanggil dgn panggilan tersebut.
2. Merayakan dgn aneka pesta sambil diiringi shalawat Badar dan yg sejenisnya.
3. Meminta barakah kepada orang yg pulang haji dgn keyakinan bahwa para malaikat sedang mengelilinginya.
Sumber Bacaan:
1. At-Tahqiq wal-Idhah Lilkatsir Min Masa`ilil Hajji wal Umrah waz Ziyarah karya Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
2. Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Kama Rawaha ‘Anhu Jabir radhiyallahu ‘nhuma karya Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani.
3. Manasikul Hajji Wal ‘Umrah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
4. Al-Manhaj limuridil ‘Umrah wal Hajj karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
5. Shifat Hajjatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu.
6. Dalilul Haajji wal Mu’tamir wa Zaairi Masjidr Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Majmu’ah minal Ulama’ terbitan Departemen Agama Saudi Arabia.
7. Mu’jamul Bida’ karya Asy-Syaikh Ra`id bin Shabri bin Abi Alfah.
1 Hal ini berdasarkan sebuah hadits:
مَنْ صَلَّى فِي مَسْجِدِي أَرْبَعِيْنَ صَلاَةً لاَ يَفُوْتُهُ صَلاَةٌ كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَنَجَاةٌ مِنَ الْعَذَابِ وَبَرِيْءٌ مِنَ النِّفَاقِ
“Barangsiapa yg shalat di masjidku sebanyak empat puluh shalat tanpa ada satu pun yg terlewati mk ditetapkan baginya: bebas dari an-naar selamat dari adzab dan terlepas dari nifaq.”
Namun derajat hadits ini munkar . Hal itu dikarenakan tdk ada yg meriwayatkan kecuali seorang perawi yg bernama Nabith dan ia adl seorang yg majhul . Kemudian apa yg ia riwayatkan menyelisihi riwayat seluruh perawi hadits tersebut.
Sumber: www.asysyariah.com
Tiada ulasan:
Catat Ulasan