Khamis, 11 November 2010
Nostagia 10 Dzulhijjah Terkenang Posting Yang Lalu
Muslim Oshkosh USA Perjuangkan Izin Pembangunan Masjid
Warga lokal di Oshkosh beralasan, mereka khawatir masjid yang akan dibangun itu nantinya mengganggu kenyamanan karena waktu subuh di Oshkosh masih terlalu pagi, sekitar tiga jam sebelum matahari terbit atau sekitar pukul 03.30 dini hari. Mereka mengatakan, jika pada jam itu warga Muslim sudah bangun dan meramaikan masjid, kenyamanan warga di sekitar masjid akan terganggu.
Komunitas Muslim di Oshkosh ingin membangun masjid karena selama ini mereka melakukan salat berjamaah di ruang-ruang bawah tanah rumah mereka dan kadang tidak bisa menampung jamaah yang hadir.
"Kami juga sering melakukan kegiatan sosial dan kadang kesulitan untuk mengorganisirnya karena ketiadaan tempat yang memadai," kata Khurram Ahmad, salah seorang warga muslim di Oshkosh.
Sejauh ini, para pemuka muslim di kota Oshkosh sudah mengupayakan perizinan ke Komisi Perencanaan (Kota) Oshkosh dan anggota komisi itu dengan suara bulat telah menyetujui pembangunan masjid teserbut dengan tiga syarat; masjid harus menyediakan tempat parkir, hanya boleh beroperasi sebagai pusat kegiatan komunitas Muslim mulai dari jam 08.00 pagi sampai jam 10.00 malam dan harus membangun pagar di sekitar masjid. (ln/isc)
Jumaat, 5 November 2010
Mantan Anggota Klu Klux Klan yang Memilih Jalan Kebenaran Islam
Semasa remaja, Sipes lebih suka bergabung dengan geng anak-anak muda yang juga bermasalah seperti dirinya, mengkonsumsi minuman keras, narkoba, melakukan tindak kriminal, kekerasan dan rasial. Pada usia 13 tahun Sipes harus menjalani kehidupan di penjara anak-anak dan yang menyedihkan, kondisi di sekolah yang katanya untuk mereformasi perilaku anak-anak bermasalah itu malah memberi pengaruh yang bertambah buruk pada Sipes.
Kecenderungan Sipes melakukan kekerasan dan bersikap rasial makin menguat. Sipes benci warga kulit hitam, yahudi, asia dan pada birokrat. Setelah tiga tahun di lembaga pemasyarakatan anak-anak, Sipes bebas dan ia menjadi "granat" yang siap meledak.
Untuk menyalurkan hasrat kekerasannya, Sipes bergabung dengan kelompok-kelompok rasis dan sering ikut dalam "operasi penyerangan" terhadap kelompok etnis tertentu dan ia terlibat dalam berbagai aktivitas kriminal. Sehingga pada usia 16 tahun, Sipes kembali masuk penjara di California. Ia divonis hukuman 6 1/2 tahun atas tuduhan perampokan dan kepemilikan serta penggunaan senjata api.
Di penjara itu, Sipes bergabung dengan kelompok "supremasi kulit putih" yang membenci semua orang yang bukan keturunan "Anglo Saxon." Ia pun mulai melakukan korespondensi dengan kelompok Klu Klux Klan (KKK) yang kemudian meminta pembebasan dirinya dengan jaminan. Setelah bebas, Sipes aktif dalam kelompok KKK selama 3-4 tahun. Ia dan kelompoknya melakukan serangan di malam hari, melakukan pengeroyokan dan merusak properti miliki orang lain. Hingga ia harus keluar masuk penjara karena melanggar pembebasan dengan jaminan yang diberikan otoritas penjara dan itu terus terjadi sampai Sipes berusia 20 tahun.
Pada usia itu pula Sipes mulai merindukan kedamaian dalam jiwanya. Ia menyesali keburukan-keburukan yang telah dilakukannya selama ini dan perasaan itu sering membuatnya kalap dan menumpahkan segala kemarahan dan kebenciaannya terhadap dirinya sendiri, pada sipir-sipir penjara. Seringkali ia terbangun dalam keadaan setengah telanjang di dalam sel isolasi. Kesendirian di sel isolasi itu membuatnya merenungkan kembali masa lalunya dan hal-hal negatif yang dilakukannya.
"Ketika saya masih di penjara, anak perempuan saya lahir. Saya mulai memikirkan masa depan. Saya mulai memikirkan betapa banyak korban yang jatuh akibat ulah saya. Saya bisa melihat diri saya seumur hidup akan berada dalam penjara, tanpa masa depan," tutur Sipes.
"Jauh di lubuk hati saya berkata 'Clint, kamu harus memilih antara keburukan atau masa depan yang baik'. Jelas jika saya memilih keburukan, saya tidak akan punya masa depan. Keluarga saya, ibu, kakak, mereka semua akan takut pada saya. Mereka akan menjauhi saya," sambungnya.
Pemikiran itu yang mendorong Sipes untuk menyembuhkan penyakit "kanker" amarah dan kebencian dalam dirinya. Ia ingin mencintai dan dicintai seperti layaknya yang diiginkan setiap orang. "Saya tidak mau membenci lagi," tukasnya.
Setelah menyelesaikan masa tahanannya dan lolos dari syarat pembebasan dengan jaminan, di kota Montana Sipes mulai melibatkan diri dengan organisasi-organisasi hak asasi, terutama yang memberikan perlindungan pada anak-anak. Ia membantu anak-anak yang memiliki problem yang pernah ia alami pada masa kecil. Meski demikian, Sipes masih juga belum sepenuhnya melepaskan diri dari aktivitas kriminal hingga ia harus masuk penjara lagi selama tiga tahun atas tuduhan memiliki bahan-bahan peledak.
Mengenal Islam
Di penjara federal itulah ia berjumpa dengan seorang muslim Amerika keturunan Afrika yang bertugas membantu para tahanan yang membutuhkan bantuan. Dari orang itulah muncul keingintahuan Sipes pada Islam. Ia berpikir bahwa Islam adalah agama eksklusif hanya untuk orang Amerika keturunan Afrika. Sebagai orang kulit putih, Sipes menolak agama Islam.
Meski demikian, Sipes tetap menanyakan banyak hal tentang agama Islam dan mulai berpikir positif tentang Islam sebagai agama yang ajarannya universal tidak mengenal etnis atau ras. "Saya mulai tertarik. Buat saya, Islam kedengarannya sangat nyata dan murni," kata Sipes.
Muslim Amerika keturunan Afrika itu lalu mengajak Sipes untuk melihat pelaksanaan salat Jumat yang dilakukan berjamaah dan memberinya Al-Quran. Sipes membaca terjemahan Al-Quran dan mengaku merasakan kebenaran dan kemurnian ajaran yang tertulis dalam Al-Quran. Sipes makin merasakan getaran hatinya pada Islam ketika ia mendengar suara azan. "Saat itu saya merasa kedekatan Tuhan di dalam hati dan jiwa saya," ujarnya.
Setelah melakukan riset dan mempelajari Al-Quran saya menemukan kesempurnaan ajaran Islam, tidak ada kontradiksi di dalamnya. Tidak seperti ajaran agama lainnya yang meyakini banyak Tuhan atau berhala, Islam adalah agama yang berdasarkan pada keyakinan bahwa Allah itu Esa. Sipes juga kagum dengan "mukzizat Al-Quran" kitab suci yang sudah berumu ribuan tahun tapi kemurniaannya tetap terjaga. Tak ada satupun kata bahkan huruf dalam Al-Quran yang diubah atau berubah.
Setelah mengenal agama Islam, sedikit demi sedikit perilaku Sipes berubah. Dari orang yang banyak menimbulkan masalah, penuh kebencian dan amarah, Sipes menjadi orang yang lebih tenang. "Islam memberikan saya kebutuhan spiritual, ketenangan dan kedamaian dalam diri yang tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata. Dengan Islam, tujuan hidup saya jelas, ke arah jalan yang lurus," ungkap Sipes.
Sipes pun memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menggunakan nama Abdus Salam. "Alhamdulillah, setelah saya menemukan kebenaran Islam dan menjadi seorang muslim, saya merasa terlahir kembali dan ingin tumbuh menjadi manusia baru yang baik dan mengabdi pada Allah Swt," tandas Abdus Salam Clinton Sipes. (ln/IFT)
Kaligrafi Masjid Alhambra Mengantarnya Menjadi Seorang Muslimah
Tulisan Arab yang pertama kali dilihat Burns ternyata sangat berkesan di hatinya. Hingga keesokan harinya, ketika pemandu tur menanyakan soal pilihan bahasa buku panduan wisata yang ia inginkan, dengan mantap Burns menjawab ia menginginkan buku panduan wisata yang ditulis dalam bahasa Arab.
"Bahasa Arab? Apa Anda bisa berbahasa Arab," tanya si pemandu ingin tahu
"Tidak. Bisakah Anda juga memberikan saya buku versi bahasa Inggrisnya?" kata Burns.
Di akhir perjalanan wisatanya, Burns membawa "oleh-oleh" satu tas penuh buku panduan wisata tempat-tempat yang dikunjunginya di Spanyol. semuanya berbahasa Arab. Saking banyaknya, Burns sampai memberikan pakaiannya pada orang lain agar buku-buku itu bisa masuk semua ke dalam tasnya. Baginya, buku-buku panduan wisata berbahasa Arab itu ibarat emas yang lebih berharga dibandingkan baju-bajunya. Ia membuka buku-buku itu setiap malam dan mengagumi tulisan-tulisan Arab di halaman demi halaman.
"Saya berkhayal bisa menulis tulisan yang indah itu dan saya mulai berpikir pasti ada sesuatu yang berharga dari sebuah budaya yang memiliki bahasa yang sangat artistik. Saya bertekad untuk mempelajari bahas ini begitu saya mulai kuliah pada musim gugur," tutur Burns.
Dua bulan menjelang kuliahnya dimulai, Buns meninggalkan keluarganya di Iowa dan berangkat ke Eropa, sendirian. Usianya ketika itu baru 16 tahun. "Saya ingin melihat dunia dulu sebelum masuk kuliah di Universitas Northewestern. Itulah yang saya katakan pada teman-teman dan keluarga. Padahal sebenarnya saya sedang mencari jawaban. Saya sudah meninggalkan gereja beberapa bulan sebelumnya, dan tak tahu kemana harus berpaling. Saya tak tahu alternatif apa yang akan saya pilih," ungkap Burns.
Ia berharap bisa menemukan ide apa yang akan ia lakukan setelah "keluar" dari gereja. Di gereja, kata Burns, umat Kristiani tidak diizinkan berdoa langsung pada Tuhan. Mereka hanya bisa berdoa pada Yesus dan berharap Yesus akan meneruskan doa itu pada Tuhan. Burns merasa ada yang salah dengan ajaran seperti itu dan diam-diam ia selalu berdoa langsung pada Tuhan. Burns percaya bahwa hanya ada satu entitas dengan siapa ia harus berdoa. Tapi di dalam hatinya, Burns merasa bersalah karena tidak menaati apa yang telah diajarkan agamanya. Situasi itu membuatnya bingung dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Burns bertanya-tanya mengapa umat Kristiani diwajibkan ke gereja hanya pada hari Minggu. Ia bingung melihat tingkah orang-orang yang berbeda 180 derajat ketika ada di gereja dan ketika berada di luar gereja. Apakah bersikap baik hanya pada hari Minggu saja, saat mereka semua harus ke geraja? Burns tak menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Ia membaca tentang 10 larangan Tuhan, seperti tidak boleh membunuh, tidak boleh berbohong, tidak boleh mencuri dan hal-hal buruk lainnya yang sudah jelas. Di luar itu, Burns tak menemukan tuntutan bagaimana ia harus bertindak ketika berada di luar gereja.
"Yang saya tahu, mungkin tidak pantas mengenakan rok mini ke gereja atau kami ke gereja pada hari Minggu supaya bisa melihat cowok-cowok keren di gereja," ungkap Burns.
Suatu hari, ia berkunjung ke rumah seorang gurunya dan di sana ia melihat jejeran alkitab di rak buku. Menurut gurunya, alkitab itu berbeda-beda versi. Ia melihat gurunya tidak terlalu peduli melihat alkitab denga banyak versi berbeda. Tapi Burns merasa tak nyaman mengetahui hal itu. Ia menemukan bagian yang sangat berbeda antara versi yang satu dengan yang lainnya, bahkan ada bab-bab yang tidak ia temukan seperti di dalam alkitab yang sering dibacanya. Burns makin bingung.
Di Eropa ia tidak menemukan jawaban atas kebingungannya. Burns pun pulang dengan perasaan kecewa. Tapi keinginannya untuk mempelajari bahasa Arab tetap membara. Saat menatap tuisan di dinding Masjid Alhambra, Burns tidak menyadari bahwa tulisan itulah jawaban atas semua keresahan jiwanya. Burns baru menyadarinya dua tahun kemudian.
Belajar Bahasa Arab
Di hari pertama ke kampus, Burns langsung mendaftarkan diri ke kelas bahasa Arab. Hanya ada empat orang, termasuk dirinya yang mendaftar ke kelas yang paling tidak populer di kampus itu. Semangat dan minat Burns yang tinggi pada bahasa Arab membuat guru bahasa Arabnya terheran-heran. Ia mengerjakan PR dengan menggunakan pena untuk kaligrafi. Ia juga mengunjungi komunitas Arab di Chicago hanya untuk mencari tahu kebenaran soal bahasa Arab dalam tulisan botol Coca Cola. Setengah memelas, Burns memohon agar guru bahasa Arabnya meminjamkan buku-buku dalam tulisan Arab agar ia bisa melihat dan mengagumi bentuk tulisan Arab itu.
Di tahun kedua kuliahnya, Burns memutuskan untuk mengambil jurusan studi Timur Tengah. Ia lalu mengambil beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan studi tersebut. Salah satunya mata kuliah tentang Al-Quran.
"Suatu malam saya membuka Al-Quran untuk mengerjakan PR kuliah dan saya tidak bisa berhenti membacanya. Seolah-olah saya menemukan sebuah novel menarik yang membuat saya terus membacanya. Membaca Al-Quran, hati saya berteriak 'Wow, ini hebat sekali. Inilah yang selalu saya yakini.' Al-Quran memberikan jawaban atas semua pertanyaan saya soal bagaimana kita harus berperilaku setiap hari dan dalam Al-Quran juga dengan jelas ditegaskan bahwa Tuhan itu satu," papar Burns.
Ia mengaku terkagum-kagum ada sebuah "buku" yang menuliskan semua yang ia yakini dan apa yang selama ini ia cari, dan apa yang tertulis di dalamnya, semuanya masuk akal. Keesokan harinya ia di kelas Al-Quran ia menanyakan tentang pengarang "buku" itu, karena di "buku" itu tertulis satu nama orang.
Profesor di kelasnya memberitahunya bahwa nama yang tertulis di dalam "buku" itu bukan nama pengarangnya tapi nama penerjemahnya. Burns juga mendapat penjelasan bahwa Qur'an berisi firman-firman Allah dan sejak diturunkan tidak penrah mengalami perubahan, terus dibaca dan kemudian dikumpulkan dalam bentuk "buku".
"Saya betul-betul terpesona dan makin bergairah untuk mempelajari bahasa Arab, bahkan lebih dari itu, saya jadi ingin mempelajari Islam dan berniat jalan-jalan ke Timur Tengah," tukas Burns.
Di tahun terakhir kuliahnya, ia berangkat ke Mesir melanjutkan studi Timur Tengahnya. Kota Kairo menjadi tempat "Islami" favoritnya karena berada di masjid-masjid di kota itu membuatnya merasa tenang dan tentram. "Saya bisa merasakan, berada di dalam masjid, seseorang bisa merasakan keindahan, kekuatan dan kehadiran Allah Swt. Dan saya begitu menikmati tulisan-tulisan kaligrafi yang elegan di dinding-dinding masjid," ujar Burns.
Suatu hari, seorang teman Burns bertanya mengapa ia tidak masuk Islam saja jika ia sangat mengagumi Islam. Dengan enteng Burns menjawab, "Tapi saya sudah menjadi muslim", sebuah jawaban yang ia sendiri kaget mendengarnya. Saat itu Burns beranggapan bahwa menjadi muslim adalah persoalan logika dan persoalan sederhana. Burns mengakui Islam adalah agama yang bisa diterima akalnya, memberinya inspirasi dan ia mengakui kebenaran ajaran Islam. Ia berpikir, jika sudah mengakuinya, kenapa ia juga harus pindah agama? Sahabat Burns tadi lalu menjelaskan bahwa ada yang wajib dilakukan Burns jika ia secara resmi ingin menjadi seorang muslim.
Burns akhirnya mengikuti saran sahabatnya itu. Ia lalu datang ke sebuah masjid dan mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan dua orang saksi. Ia pun resmi menjadi seorang muslim dan diberikan sebuah sertifikat sebagai tanda bahwa ia sudah menjadi seorang muslim.
"Tapi saya menyimpan sertifikat itu bersama tumpukan surat-surat pribadinya. Buat saya, tidak perlu menggantung sertifikat itu agar orang tahu saya seorang muslim. Saya sudah dan akan selalu menjadi seorang muslim. Begitu saya membuka Al-Quran, saya merasa menemukan keluarga saya yang sudah lama hilang. Saya lebih senang memajang gambar masjid Alhambra di dinding kamar saya, daripada sertifikat keislaman saya," tandas Karima Burns. (ln/oi)
BeBerapa Kesalahan yg Sering Terjadi di Musim Haji
Penulis Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc.
Syariah Kajian Utama 19 - Desember - 2006 20:09:29
Perjalanan suci menuju Baitullah membutuhkan bekal yg cukup. Di samping bekal harta ilmu pun merupakan bekal yg mutlak dibutuhkan. Karena dgn ilmu seseorang akan terbimbing dlm melakukan ibadah haji sesuai dgn tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu akan terhindar dari berbagai macam bid’ah dan kesalahan sehingga haji pun sebagai haji mabrur yg tiada balasan bagi kecuali Al-Jannah.
Berangkat dari harapan mulia inilah nampak penting sekali utk diangkat berbagai kesalahan atau bid’ah yg sekira dapat menghalangi seseorang utk meraih predikat haji mabrur. Di antara kesalahan-kesalahan itu adl sebagai berikut:
Beberapa Kesalahan Sebelum Berangkat Haji
1. Mengadakan acara pesta dgn diiringi bacaan doa atau pun shalawat tertentu. Bahkan terkadang dgn iringan musik tertentu. Perbuatan semacam ini tdk ada contoh dlm kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu ‘anhum.
2. Mengiringi keberangkatan jamaah haji dgn adzan atau pun musik.
3. Mengharuskan diri berziarah ke kubur sanak-famili dan orang2 shalih.
4. Keyakinan bahwasa calon jamaah haji itu selalu diiringi malaikat sepekan sebelum keberangkatan sehingga doa mustajab.
5. Kepergian wanita ke Baitullah tanpa disertai mahramnya. Atau melakukan apa yg diistilahkan dgn ‘persaudaraan nisbi/semu’ yaitu menjadikan seorang jamaah haji pria sebagai mahram bagi si wanita dlm perjalanan haji yg kemudian dapat bermuamalah sebagaimana layak dgn mahram sendiri. Demikian pula ‘nikah nisbi/semu’ yaitu dinikahkan seorang calon jamaah haji wanita dgn calon jamaah haji pria yg kemudian kedua dapat bermuamalah sebagaimana layak suami-isteri. Tentu yg demikian ini adl kemungkaran yg tdk diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
6. Melakukan perjalanan haji semata-mata bertujuan ingin ziarah ke makam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7. Melakukan shalat dua rakaat ketika akan berangkat haji.
8. Bersalaman bahkan berpelukan dgn seseorang yg bukan mahram menjelang keberangkatan ke tanah suci.
Beberapa Kesalahan Ketika Berihram dan Bertalbiyah
1. Melewati miqat dlm keadaan tdk berihram. Hal ini sering terjadi pada sebagian jamaah haji Indonesia kelompok kedua yg melakukan perjalanan dari tanah air menuju Makkah. Mereka tdk berihram ketika melewati miqat dan baru berihram setiba di Jeddah. Padahal kota Jeddah bukanlah miqat menurut pendapat yg benar.
2. Bertalbiyah bersama-sama dgn dipimpin seseorang di antara mereka.
3. Selalu dlm keadaan menampakkan pundak kanan ketika berihram padahal yg demikian itu hanya disunnahkan pada thawaf qudum.
4. Meninggalkan bacaan talbiyah dan mengganti dgn tahlil dan takbir.
Beberapa Kesalahan Ketika Thawaf
1. Mengharuskan diri utk mandi sebelum berthawaf.
2. Melafadzkan niat thawaf.
3. Mengangkat kedua tangan saat berisyarat kepada Hajar Aswad seperti ketika takbiratul ihram dlm shalat.
4. Memulai putaran thawaf sebelum rukun Hajar Aswad.
5. Melakukan shalat tahiyyatul masjid sebelum thawaf.
6. Ha mengelilingi bangunan Ka’bah yg bersegi empat saja dan tdk mengelilingi Hijr.
7. Melakukan jalan cepat pada seluruh putaran thawaf padahal itu hanya dilakukan pada 3 putaran pertama dan itu pun khusus pada thawaf qudum saja.
8. Berdesak-desakan utk mencium Hajar Aswad yg terkadang sampai mendzalimi jamaah haji lainnya.
9. Mengusap-usap Hajar Aswad dlm rangka tabarruk dan berkeyakinan bahwa yg demikian itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak bala.
10. Mencium dan mengusap-usap sebagian sudut Ka’bah atau keseluruhannya. Bahkan terkadang ada yg menarik-narik kiswah utk menyobek guna dijadikan jimat.
11. Membaca doa/dzikir khusus pada tiap putaran thawaf krn yg demikian itu tdk ada tuntunan dari baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
12. Berthawaf dlm keadaan bersedekap.
13. Keyakinan bahwasa barangsiapa mampu menggapai dinding atas dari pintu Ka’bah mk dia telah berhasil memegang Al-‘Urwatul Wutsqa yaitu: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ.
14. Berdesak-desakan utk shalat di belakang maqam Ibrahim krn dapat mengganggu jamaah lain yg sedang melakukan thawaf. Padahal diperbolehkan bagi utk melakukan walaupun agak jauh di belakang maqam Ibrahim.
15. Lebih parah lagi bila shalat setelah thawaf tersebut dilakukan lbh dari 2 rakaat.
16. Berdiri dan berdoa bersama seusai thawaf dgn satu komando. Lebih tragis lagi manakala doa itu dibaca dgn suara yg amat keras dan mengganggu kekhusyukan ibadah jamaah haji lainnya.
Beberapa Kesalahan Ketika Melakukan Sa’i
1. Berwudhu’ terlebih dahulu sebelum bersa’i walaupun masih dlm keadaan suci.
2. Mengharuskan diri utk naik ke Bukit Shafa dan menyentuhkan badan ke dindingnya.
3. Mengangkat kedua tangan sebagaimana layak takbiratul ihram sambil bertakbir tiga kali ketika berada di atas Shafa dan Marwah.
4. Berlari-lari kecil pada seluruh putaran di antara Shafa dan Marwah. Padahal yg dituntunkan hanyalah ketika lewat di antara dua tanda hijau saja.
5. Melakukan shalat dua rakaat seusai sa’i.
Beberapa Kesalahan ketika di Arafah
1. Mengharuskan diri mandi utk menyambut hari Arafah.
2. Melakukan wuquf di Arafah pada tanggal 8 Dzul Hijjah dlm rangka ihtiyath atau krn ada keyakinan bahwa hari Arafah itu pada tanggal 8 Dzul Hijjah sebagaimana yg dilakukan oleh sebagian sekte sesat Syi’ah Rafidhah.
3. Melakukan wuquf di luar batas wilayah Arafah.
4. Meninggalkan pembicaraan dan meninggalkan doa.
5. Masuk ke dlm kubah yg berada di atas Jabal Rahmah lalu shalat pada atau mengelilingi sebagaimana layak berthawaf di Ka’bah.
6. Berangkat dari Makkah ke Arafah sejak tanggal 8 Dzul Hijjah.
7. Keyakinan bahwa wuquf di Arafah pada Hari Jum’at merupakan haji akbar dan senilai dgn 72 kali haji.
8. Meninggalkan Arafah sebelum terbenam matahari tanggal 9 Dzul Hijjah.
Beberapa Kesalahan ketika di Muzdalifah
1. Tergesa-gesa saat beranjak dari Arafah menuju Muzdalifah.
2. Mengharuskan diri mandi utk menginap di Muzdalifah.
3. Tidak segera melaksanakan shalat Maghrib dan ‘Isya saat tiba di Muzdalifah bahkan sibuk mengumpulkan batu-batu kerikil.
4. Tidak menginap di Muzdalifah tanpa ada udzur syar’i.
5. Mengisi malam dgn shalat malam dan dzikir. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan malam tersebut utk istirahat.
Beberapa Kesalahan ketika Melempar Jumrah
1. Mengharuskan diri utk mandi sebelum melempar jumrah.
2. Mencuci batu kerikil terlebih dahulu sebelum dilemparkan.
3. Melempar jumrah dgn menggunakan batu besar sepatu dan lain sebagainya.
4. Keyakinan bahwa melempar jumrah itu dlm rangka melempar setan. Sehingga tdk jarang dari sebagian jamaah haji yg melemparkan benda-benda yg ada di sekitar seperti sandal payung botol dsb agar lbh menyakitkan bagi setan.
5. Berdesak-desakan jamaah haji yg lain utk bisa melakukan pelemparan.
6. Melemparkan kerikil-kerikil tersebut secara sekaligus. Padahal yg dituntunkan oleh baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adl melemparkan satu demi satu sambil diiringi takbir.
7. Mewakilkan pelemparan kepada orang lain padahal ia mampu utk melakukannya.
Beberapa Kesalahan Ketika Menyembelih Hewan Kurban dan Bertahallul
1. Enggan utk menyembelih hewan kurban yg merupakan kewajiban utk haji Tamattu’- dan lbh memilih utk bershadaqah senilai harga hewan kurban tersebut.
2. Menyembelih hewan kurban utk haji tamattu’ di Makkah sebelum hari nahr .
3. Mencukur dari sebelah kiri atau menggundul/mencukur sebagian kepala saja bagi laki-laki.
4. Melakukan thawaf di seputar masjid yg berada di dekat tempat pelemparan jumrah.
5. Tidak melakukan sa’i setelah thawaf ifadhah dlm haji tamattu’.
Beberapa Kesalahan Ketika Thawaf Wada’
1. Meninggalkan Mina pada hari nafar sebelum melempar jumrah dan langsung melakukan thawaf wada’ kemudian kembali ke Mina utk melempar jumrah. Setelah itu mereka langsung pulang ke negara masing-masing. Padahal semesti thawaf wada’-lah yg merupakan penutup dari seluruh manasik haji.
2. Berjalan mundur seusai thawaf wada’ dgn anggapan sebagai tanda penghormatan terhadap Ka’bah.
3. Membaca doa-doa tertentu yg tdk ada tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai “ucapan selamat tinggal” terhadap Ka’bah.
Beberapa Kesalahan ketika Berada di Kota Madinah
1. Meniatkan safar utk menziarahi makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal niat yg benar adl dlm rangka mengunjungi Masjid Nabawi dan shalat di dalamnya.
2. Menitipkan pesan utk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui jamaah haji dan para penziarah agar disampaikan di kuburan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih aneh lagi disertai foto/KTP yg bersangkutan.
3. Ada praktik-praktik kesyirikan yg dilakukan di kuburan Nabi antara lain:
Menyengaja shalat dgn menghadap ke kubur.
Bertawassul atau meminta syafaat kepada beliau secara langsung.
Mengusap-usap dinding kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam utk ngalap berkah yg tdk jarang disertai dgn tangisan histeris.
Berdoa secara langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mencukupi kebutuhannya.
4. Meyakini bahwa ziarah ke kubur Nabi merupakan bagian dari manasik haji.
5. Keyakinan bahwa haji seseorang tidaklah sempurna tanpa menetap di Madinah selama 8 hari utk melakukan shalat wajib selama 40 waktu yg diistilahkan dgn “Arba’inan”1.
Beberapa Kesalahan Setiba Di Kampung Halaman
1. Memopulerkan gelar ’Pak Haji’ atau ‘Bu Haji’. Sampai-sampai ada yg marah/tersinggung bila tdk dipanggil dgn panggilan tersebut.
2. Merayakan dgn aneka pesta sambil diiringi shalawat Badar dan yg sejenisnya.
3. Meminta barakah kepada orang yg pulang haji dgn keyakinan bahwa para malaikat sedang mengelilinginya.
Sumber Bacaan:
1. At-Tahqiq wal-Idhah Lilkatsir Min Masa`ilil Hajji wal Umrah waz Ziyarah karya Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
2. Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Kama Rawaha ‘Anhu Jabir radhiyallahu ‘nhuma karya Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani.
3. Manasikul Hajji Wal ‘Umrah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
4. Al-Manhaj limuridil ‘Umrah wal Hajj karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
5. Shifat Hajjatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu.
6. Dalilul Haajji wal Mu’tamir wa Zaairi Masjidr Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Majmu’ah minal Ulama’ terbitan Departemen Agama Saudi Arabia.
7. Mu’jamul Bida’ karya Asy-Syaikh Ra`id bin Shabri bin Abi Alfah.
1 Hal ini berdasarkan sebuah hadits:
مَنْ صَلَّى فِي مَسْجِدِي أَرْبَعِيْنَ صَلاَةً لاَ يَفُوْتُهُ صَلاَةٌ كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَنَجَاةٌ مِنَ الْعَذَابِ وَبَرِيْءٌ مِنَ النِّفَاقِ
“Barangsiapa yg shalat di masjidku sebanyak empat puluh shalat tanpa ada satu pun yg terlewati mk ditetapkan baginya: bebas dari an-naar selamat dari adzab dan terlepas dari nifaq.”
Namun derajat hadits ini munkar . Hal itu dikarenakan tdk ada yg meriwayatkan kecuali seorang perawi yg bernama Nabith dan ia adl seorang yg majhul . Kemudian apa yg ia riwayatkan menyelisihi riwayat seluruh perawi hadits tersebut.
Sumber: www.asysyariah.com
Pengertian Haji Mabrur
Oleh Zulkarnain Ali
TUNTUTAN ISLAM: Niat menunaikan haji mesti ikhlas bermula dari keluar rumah dan tidak boleh berniat selain daripada Allah.
Keikhlasan tunai ibadat perlu bermula dari rumah, tidak boleh riak
ISTILAH mabrur lebih mashyur di bibir masyarakat daripada mengetahui maknanya yang sebenar. Apakah yang dimaksudkan haji mabrur?
Ibn Kholawaih mentakrifkan al-Mabrur sebagai al-Maqbul iaitu diterima. Dan ada yang mengatakan sesuatu yang tidak bercampur dengan dosa. Kemudian, diabsahkan (tarjih) oleh Imam Nawawi dengan pendapat itu (tidak bercampur dosa).
Apabila merujuk kitab hadith yang muktabar seperti Sahih Bukhari, Imam Bukhari meletakkan bab yang khusus bertajuk ‘Kelebihan Haji Mabrur’, manakala Imam Muslim meletakkan perbincangan haji yang diterima di dalam bab ‘Iman kepada Allah Taala seafdal-afdal amalan’.
Ini berdasarkan dua riwayat utama, Abu Hurairah dan Aisyah Radiyallahu’anha iaitu:
Riwayat dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu:
“Ditanyakan kepada Baginda manakah amalan yang lebih afdal? Maka dijawabnya iman kepada Allah dan Rasulnya. Kemudian apa? Jihad di jalan Allah. Kemudian? Sabdanya: Haji yang mabrur (diterima).”
“Aku dengar Nabi bersabda: sesiapa yang menunaikan haji kerana Allah, kemudian tidak melakukan kerosakan dan tidak fasiq, maka dia akan kembali seolah-olah baru dilahirkan oleh ibunya (bersih daripada dosa-dosa)“.
Riwayat ‘Aisyah Radiyallahu’anha:
“Wahai Rasulullah, kami melihat jihad adalah seafdal-afdal amalan. Adakah kami perlu berjihad? Sabda baginda: Tidak, akan tetapi seafdal-afdal jihad ialah haji yang diterima (mabrur)“.
Bagaimana mencapai haji mabrur?
Secara umumnya, sebagai seorang yang taat kepada Allah dan Rasulnya yang ingin mencapai haji yang diterima di sisi Allah, hendaklah memenuhi kriteria berikut:
- Hajinya hendaklah ikhlas semata-mata kerana Allah dan tidak riak (menunjuk-menunjuk).
Imam Nawawi ketika menafsirkan hadith di atas dengan berkata;
“Mabrur (diterima) adalah baik hajinya. Dikatakan al-mabrur juga ialah haji yang tidak bercampur dengan dosa. Ada yang mengatakan tidak riak pada hajinya.”
Niat menunaikan haji hendaklah ikhlas bermula dari keluar rumah dan tidak boleh berniat selain daripada Allah seperti perasaan riak iaitu menunjuk-nunjuk atau sebagainya yang membawa kepada kemurkaan Allah.
Malah, Rasulullah mengajar kita dengan doa yang telah thabit di dalam hadisnya, antaranya doa ketika bermusafir:
“Ya Allah, Engkaulah Empunya permusafiran ini, dan khalifah bagi (menjaga) keluarga (ku), aku berlindung dengan-Mu dari keburukan permusafiran, kekaburan penglihatan, keburukan pada harta dan keluarga“.
- Semua perbelanjaan haji adalah berpunca daripada yang halal.
Di dalam Sahih Muslim ada hadith menyebut:
“Sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak menerima kecuali yang baik-baik dan sesungguhnya Allah menyuruh orang mukmin mengikut apa yang diperintahkan oleh para utusan Allah. Kemudian baginda membacakan ayat al-Quran.
“Wahai sekalian Rasul, makanlah daripada (makanan) yang baik-baik (halal) dan beramal soleh. Sesungguhnya aku tahu apa yang kamu lakukan. Kemudian Rasulullah membacakan lagi:
“Wahai orang yang beriman, makanlah dari (makanan) yang baik-baik (halal) dari apa yang kami rezekikan” (Surah al-Baqarah 172).
Kemudian disebut, seorang lelaki bermusafir menadah tangan ke langit seraya berkata ‘Ya Tuhanku’ sedangkan punca makanan dari yang haram, minuman punca yang haram, pakaiannya punca yang haram. Bagaimana ia boleh diterima?”.
- Melakukan fardu haji sesuai dengan ditunjukkan oleh sunnah yang sahih.
Bermula dengan niat sehinggalah haji wada’ ditunjukkan oleh Baginda Rasulullah di dalam sunnahnya. Sebagai seorang Muslim yang sejati, kita wajar meneladani Baginda tanpa menambah ibadat yang tidak pernah dilakukan Baginda.
Melakukan ibadat haji sepenuhnya dengan taat tanpa mempertikaikannya.
Ali Radiyallahu’anh ketika ditanya perbuatannya mencium hajarul aswad, maka beliau menjawab “Kau hanya sebuah batu yang tidak mampu membawa mudarat dan faedah, kalau bukan kerana aku lihat Rasulullah mengucupnya, sudah aku tidak aku mengucupnya.” (Muttafaqun Alaih).
Ini jelas menunjukkan kita melakukan ibadat mengikut teladan yang ditunjukkan oleh Rasulullah tanpa menokok tambah berdasarkan akal semata-mata.
- Selepas menunaikan haji, berusaha pula melakukan badal (ganti) haji ayah dan ibu yang tidak berkemampuan menunaikan Haji.
Ini sesuai dengan hadis:
“Ya Rasulullah, sesungguhnya emakku telah bernazar untuk menunaikan haji, tetapi tidak ditunaikan sehingga dia meninggal dunia, adakah aku perlu menunaikan hajinya? Sabda Rasulullah: Ya, tunaikanlah haji untuknya. Adakah kau lihat jika emakmu berhutang engkau akan membayarnya? Jawab wanita itu: Ya. Sabda Nabi: Begitu juga (hutang) kepada Allah. Malah kepada Allah lebih layak dilunaskan (hutangnya)“. (Sahih Bukhari No Hadith 1720, 6771).
Adakah Haji Mabrur menghapuskan dosa yang besar?
Imam al-Munzir antara yang berpendapat mengatakan bahawa haji yang diterima diampunkan sekali gus dosa yang besar mengikut mafhum hadis berikut;
“Sesiapa yang menunaikan haji, kemudian tidak melakukan maksiat/dosa dan tidak fasiq, kemudian dia kembali seolah-olah seperti bayi yang dilahirkan oleh ibunya (suci tanpa dosa).“
Akhir sekali, marilah kita bersama-sama mendalami sebenar inti pati fardu haji. Semoga kita tergolong di dalam golongan orang diterima hajinya di sisi Allah Ta’ala. Dan kembalinya kita ke tanah air dari Makkah biarlah berdasarkan hadis yang telah disebutkan;
“Sesiapa yang menunaikan haji, kemudian tidak melakukan maksiat/dosa dan tidak fasiq, kemudian dia kembali seolah-olah seperti bayi yang dilahirkan oleh ibunya (suci tanpa dosa)”.
INTI PATI
- Niat menunaikan haji hendaklah ikhlas bermula dari keluar rumah dan tidak boleh berniat selain daripada Allah seperti perasaan riak iaitu menunjuk-nunjuk atau sebagainya yang membawa kepada kemurkaan Allah.
- Melakukan fardu haji sesuai dengan ditunjukkan oleh sunnah yang sahih.
- Semua perbelanjaan haji adalah berpunca daripada yang halal.
- Melakukan ibadat haji sepenuhnya dengan taat tanpa mempertikaikannya.
- Sesiapa yang menunaikan haji, kemudian tidak melakukan maksiat/dosa dan tidak fasiq, kemudian dia kembali seolah-olah seperti bayi yang dilahirkan oleh ibunya (suci tanpa dosa).
- Penulis adalah Pengurus (Hal Ehwal Haji Antarabangsa), Lembaga Tabung Haji.
Semoga Mendapat Haji Mabrur!
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا
“Mengerjakan haji itu adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran: 97)
Tafsir ayat:
Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata, “Sungguh telah banya hadits yang sampai kepada kita bahwa haji merupakan salah satu rukun Islam, tiang dan pilar-pilarnya, dan itu telah menjadi ijma’ kaum muslimin. Dan sesungguhnya bagi orang yang mampu wajib mengerjakannya sekali dalam seumur hidup.”
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu `anhu- ia berkata, “Rasulullah r berkhutbah di hadapan kami seraya berkata, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan haji atas kalian, maka berhajilah kalian. Lalu seorang lelaki berdiri seraya berkata, ‘Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?’ Rasulullah r diam hingga lelaki itu mengulanginya tiga kali. Kemudian Rasulullah r bersabda, ‘Kalau aku katakana iya, maka itu telah menjadi wajib, namun kalian tidak akan mampu melaksanakannya.” (HR. Imam Ahmad).
Kedudukan Ibadah Haji Dalam Islam
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, dan salah satu kewajiban dalam Islam, berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’ kaum Muslimin.
Allah SWT berfirman:
“…Mengerjakan haji itu adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (ke-wajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imran: 97)
Dan Nabi SAW bersabda:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَ إيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَ صَوْمِ رَمَضَانَ وَ حَجِّ الْبَيْتِ الْحَرَامِ
“Islam dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang hak untuk disembah kecuali Allah, dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Rasul utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Demikian pula kaum muslimin telah sepakat akan kewajiban ibadah haji bagi mereka yang mampu, dan tiada seorangpun menyelisihi kesepakatan ini. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, I/364 dan Ibnu Qudamah 5/5)
Kewajiban Haji Hanya Sekali Seumur Hidup
Melaksanakan ibadah haji dan umrah diwajibkan hanya sekali seumur hidup bagi setiap orang yang telah memenuhi persyaratan di bawah ini:
· Muslim.
· Baligh.
· Berakal.
· Merdeka (bukan hamba sahaya).
· Memiliki kemampuan (istitha’ah).
Allah SWT berfirman:
“…Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah…” (QS. Ali Imran: 97)
Dan Nabi SAW bersabda dalam sebuah khutbahnya, “Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kamu untuk melaksanakan haji, maka laksanakanlah haji!” Lalu seorang Sahabat berkata: “Apakah pada setiap tahun, ya Rasulullah?” Beliaupun diam hingga orang itu mengulangi pertanyaannya tiga kali. Kemudian beliau bersabda: “Seandainya aku mengatakan: ‘Ya’, niscaya akan menjadi wajib dan pasti kalian tidak akan mampu (melaksanakannya).” Selanjutnya beliau bersabda: “Biarkan aku, apa-apa yang kubiarkan bagimu, karena sesungguhnya orang-orang sebelummu telah dibinasakan hanya karena banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap Nabi mereka. Jika aku memerintahkan sesuatu kepadamu, maka kerjakanlah semampumu, dan jika aku melarangmu dari sesuatu, maka tinggalkanlah.”( HR. Muslim dan An-Nasa’i)
Perintah Untuk Segera Melaksanakan Haji
Bagi orang yang telah memiliki kemampuan dan memenuhi segala persyaratan, wajib untuk segera melaksanakan ibadah haji. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ فَإِنَّهُ قَدْ يَمْرَضُ الْمَرِيْضُ وَتَضِلُّ الضَالَّةُ وَتَعْرِضُ الْحَاجَةُ
“Barangsiapa hendak melaksanakan haji, hendaklah segera ia lakukan, karena terkadang seseorang itu sakit, binatang (kendaraannya) hilang, dan adanya suatu hajat yang menghalangi.” (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah, no. 2331)
Juga sabda beliau:
تَعَجَّلُوْا إِلَى الْحَجِّ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لاَ يَدْرِي مَا يَعْرِضُ لَهُ
“Bersegeralah melaksanakan haji, karena sesungguhnya salah seorang di antara kamu tidak mengetahui apa yang akan merintanginya.” ( HR. Ahmad dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwaa’ul Ghaliil, no. 990)
Keutamaan Ibadah Haji Dan Umrah
1. Ibadah haji adalah salah satu ibadah yang paling utama, berdasarkan hadits Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُوْلُ الله : أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: (إِيْمَانٌ بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ)، قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: (الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ)، قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: (حَجٌّ مَبْرُوْرٌ)
“Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah SAW ditanya: “Amal ibadah apakah yang paling utama?” Beliau bersabda: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Dikatakan (kepadanya): “Kemudian apa?” Beliau bersabda: “Jihad di jalan Allah.” Dikatakan (kepadanya): “Kemudian apa?” Beliau bersabda: “Haji yang mabrur.” ( HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Ibadah haji sebagai penghapus dosa, berdasarkan hadits Rasulullah SAW:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan ibadah haji dan dia tidak melakukan jima’ dan tidak pula melakukan perbuatan dosa, dia akan kembali dari dosa-dosanya seperti pada hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
3. Balasan bagi haji mabrur adalah Surga, berdasarkan sabda Nabi SAW:
الْعُمْرَِةُ إِلَى الْعُمْرِةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَ الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ
“Umrah (yang pertama) kepada umrah yang berikutnya sebagai kaffarat (peng-hapus) bagi (dosa) yang dilakukan di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan baginya, melainkan jannah.” ( HR. Malik, Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
4. Haji adalah jihad bagi para wanita dan setiap orang yang lemah, berdasarkan hadits Nabi SAW:
“Dari Aisyah Ra ia berkata, aku bertutur: ‘Ya Rasulullah kami melihat bahwasanya berjihad adalah amal ibadah yang paling utama, apakah kami (para wanita) tidak berjihad? Maka beliau bersabda: ‘Bagi kalian (kaum wanita), jihad yang paling utama adalah haji mabrur’.”
5. Orang yang melaksanakan haji dan umrah adalah tamu Allah, dan permohonan mereka dikabulkan, berdasarkan hadits Abdullah Ibnu Umar Ra, Nabi SAW bersabda:
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji dan orang yang umrah, adalah tamu Allah. Dia SWT memanggil mereka, maka mereka pun menjawab (panggilan)-Nya dan mereka memohon kepada-Nya. Dia-pun mengabulkan permohonan mereka.”
6. Keutamaan perjalanan haji, keutamaan orang yang mati dalam perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji, dan keutamaan orang yang mati dalam keadaan berihram (ditengah pelaksanaan ibadah haji dan/atau umrah). Semuanya termaktub dalam hadits-hadits dibawah ini:
Dari Abu Hurairah Ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa keluar dalam melaksanakan haji lalu ia mati, niscaya dicatat baginya pahala seorang haji hingga hari Kiamat. Barangsiapa keluar dalam melaksanakan umrah lalu ia mati, niscaya dicatat baginya pahala seorang yang melaksanakan umrah sampai hari Kiamat, dan barangsiapa keluar dalam berperang di jalan Allah lalu ia mati, niscaya dicatat baginya pahala seorang yang berperang dijalan Allah sampai hari Kiamat.” (Al-Haitsami berkata dalam Majma’uz Zawaaid perawi hadits ini perawi kitab Ash-Shahih)
Dalam menjelaskan hadits:
وَ الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ
“Dan haji mabrur itu tiada balasan baginya melainkan jannah.”
Imam An-Nawawi berkata: “(Makna) yang paling benar dan paling masyhur bagi kata ‘Al-Mabrur’ yaitu (ibadah haji) yang tidak dicemari oleh perbuatan dosa.”
Selanjutnya beliau mengatakan: “Ada juga orang yang mengartikannya dengan ‘Al-Maqbul’ yaitu haji yang diterima, dan di antara tanda terkabulnya adalah kondisinya (setelah kembali dari ibadah tersebut) menjadi lebih baik daripada sebelumnya, serta tidak mengulangi lagi perbuatan maksiat.”
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, berkata: “Haji mabrur yaitu haji yang tidak tercemar oleh perbuatan dosa sedikitpun.”
Selanjutnya beliau mengatakan: “Haji mabrur tidak akan terwujud kecuali jika terpelihara dari segala bentuk bid’ah dan hal-hal yang merupakan tradisi manusia, serta terlaksana dari hasil usaha yang halal, yang dengannya ia berupaya untuk menjalankan kewajiban agama dan melaksanakan perintah-perintah Allah Tabaaraka wa Ta’ala.”
Reference:
1. Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Katsir.
2. Panduan Manasik Haji dan Umrah, Syaikh Muahammad Nasiruddin Al-Albani, Pustaka At-Tibyan.
Khamis, 4 November 2010
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH HAJI
Kami AJK surau al-Ridzuan Taman Dawani mengambil kesempatan untuk mengucapkan selamat menunaikan ibadah haji kepada HJ MALIK & ISTERI serta EN KASMAN & ISTERI bersama 28,000 jemaah haji Malaysia pada tahun ini yang akan melaksanakan ibadah tersebut di tanah suci Mekah.
Alhamdulillah, kumpulan seramai 16,082 jemaah haji ini telah berlepas ke tanah suci Mekah al Munawwarah. Bila tengok depa ni pegi, teringat masa kita dok pegi dulu. Suasana tak banyak berubah. Perasaan tenang dan bahagia sangat, nak mengunjungi bumi anbiya’.
Apa pun dalam keadaan sekarang, kami berdoa moga semua jemaah haji kita sentiasa menjaga kebersihan dan kesihatan depa dan semoga sentiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT, moga-moga jemaah tu semua dijauhi dari sebarang musibah dan penyakit, terutamanya wabak H1N1.
Kita juga bersyukur, yang kerajaan sudah mengambil langkah awai dengan memberi suntikan tambahan influenza bermusim seperti yang telah diwajibkan oleh kerajaan Arab Saudi.
Israel Murka, UNESCO Putuskan Rachel's Tomb Milik Palestina
Wakil Menlu Israel Minter Dany Ayalon mengatakan kepada Knesset, parlemen Israel, bahwa organisasi kebudayaan PBB harus menarik "pengakuan" mereka atas situs suci itu sebagai masjid sebelum Israel melanjutkan kerjasama dengan UNESCO.
Israel menuduh UNESCO telah secara membabi buta mengadopsi terminologi Palestina modern dan politik Arab untuk menggambarkan situs tersebut - yang sampai pertengahan 1990-an telah dikenal oleh orang-orang Yahudi dan Muslim hanya sebagai "Rachel's Tomb" - sebagai masjid Bilal bin Rabah.
Pernyataan itu, yang dilaporkan oleh radio militer Israel mengutip pernyataan Ayalon mengatakan, bahwa pengakuan UNESCO kontraproduktif untuk tercapainya perdamaian dan pengertian di antara kedua bangsa.
Dalam sesi dua tahunan pada akhir Oktober, dewan UNESCO mengadopsi lima proposal yang diprakarsai oleh negara-negara anggota Arab tentang tempat-tempat suci di Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
Salah satunya adalah Rachel's Tomb di luar kota Tepi Barat selatan Betlehem.
Mengacu dalam pernyataan kepada struktur keduanya, masjid Bilal bin Rabah/ Rachel 's Tomb," dewan UNESCO melakukan pemungutan suara dengan skor 44-1, dengan 12 abstain, untuk menegaskan kembali situs itu merupakan bagian integral dari wilayah Palestina yang diduduki dan setiap tindakan unilateral oleh otoritas Israel dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional.
Sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu awal tahun ini memicu kemarahan dunia Arab ketika ia memasukkan tempat-tempat suci di wilayah yang diduduki dalam daftar warisan nasional budaya Israel dan Yahudi.
Dan Rachel's Tomb ada di daftar itu, sehingga mendorong negara anggota Liga Arab, termasuk Yordania, untuk mendorong keputusan dewan eksekutif UNESCO.
Israel mempertahankan kepemilikan mereka atas Rachel's Tomb yang secara tradisional disebut juga oleh umat Muslim sebagai "Qubat Rachel" dalam bahasa Arab, meskipun kompleks situs ini juga termasuk sebuah tempat ibadah umat Muslim dan berdekatan dengan sebuah kuburan Muslim.
Israel menuduh bahwa nama masjid "Bilal bin Rabah" muncul dan mulai digunakan menyusul adanya kerusuhan Arab-Israel pada tahun 1996 dan diciptakan oleh orang Palestina untuk alasan politik. (fq/mna)
1,5 Juta Lebih Jamaah Haji Sudah Memadati Tanah Suci
Gubernur Makkah Pangeran Khaled Al-Faisal berharap musim haji tahun ini tidak ada lagi jamaah haji yang terlantar dan bergerombol di tempat-tempat umum setelah pemerintah Saudi memperbaiki sejumlah kebijakan haji, termasuk kebijakan izin haji. Ia juga mengatakan bahwa pemerintah Saudi sudah melakukan antisipasi terjadinya banjir--seperti yang terjadi pada musim haji tahun lalu--agar para jamaah haji bisa melaksanakan ibadah hajinya dengan aman dan nyaman.
Gubernur Makkah mengungkapkan hal tersebut saat melakukan inspeksi ke terminal haji Bandara King Abdul Aziz di Jeddah. Pangeran Al-Faisal bersama Gubernur Jeddah, Pangeran Mishaal bin Majid serta Menteri Urusan Haji Fuad Al-Farsy meninjau langsung pelayanan Bandara terhadap para jamaah haji. Saat ini, jumlah jamaah haji dari seluruh dunia yang sudah tiba di tanah suci melalui Bandara di Jeddah dan Madinah sudah mencapai 1,5 juta orang lebih.
Menurut Pangeran Faisal, untuk mengantisipasi terjadinya banjir, pihaknya sudah menyiagakan aparat dari kesatuan Pertahanan Sipil dan lembaga-lembaga terkait lainnya yang berkaitan dengan kelancaran dan pelaksanaan ibadah haji. Selain itu, kantor gubernur Makkah juga membentuk unit baru yang bertugas untuk mencegah terjadinya pemalsuan paspor di terminal-terminal kedatangan jamaah haji.
Selama musim haji, Otoritas Penerbangan Sipil Saudi sudah membuat rencana operasi penangangan jamaah haji sampai pelaksanaan ibadah haji selesai dan seluruh jamaah pulang kembali ke negara masing-masing. Menurut Presiden Otoritas, Abdullah Rehaimi, terminal haji yang mencakup tempat seluas 90.000 meter per segi mampu menerima sekitar 3.800 jamaah haji tiap jamnya.
Setelah melakukan inspeksi ke terminal haji di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Gubernur Makkah juga melakukan pemantauan ke Pelabuhan Jeddah dan menyambuh jamaah haji asal Sudan yang datang dengan kapal laut.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Saudi Dr. Abdullah Al-Rabeeah menggelar pertemuan dengan seluruh kepala departemen kesehatan Saudi. Pertemuan yang berlangsung di Riyadh itu membahas tentang kordinasi pelayanan kesehatan, karena banyak departemen pemerintahan yang menawarkan bantuan layanan kesehatan bagi para tamu Allah. Pertemuan itu juga membahas antisipasi penyakit menular selama musim haji. (ln/AN)
Isnin, 20 September 2010
Ziarah Kubur Dan Bersedih Pada Hari Raya?
Ina, Johor
Jawapan Dr MAZA : Saudari Ina yang dihormati. Saya percaya saudari seorang yang sentiasa ingin mencari redha Allah dan RasulNYA, sebab itu saudari ingin memastikan hariraya saudari mengikut panduan yang betul. Saudari hariraya adalah hari yang dikhususkan kepada kita untuk bergembira, bukan untuk bersedih. Banyak perkara jika hendak disebutkan mengenai hari raya, namun dalam ruang yang terbatas ini saya jawab persoalan saudari seperti berikut:
1. Hari raya adalah hari membesarkan Allah dan bersyukur atas kurniaanNya. Kita bertakbir tanda kemenangan, bukan tanda kesedihan. Irama takbir ala melayu agak sedih. Jika kita dengar takbir yang dilaung di dunia Islam yang lain, khususnya di dunia Arab, kita akan tahu irama takbir mereka lebih bersemangat dan lebih mendekati perasaan kemenangan. Firman Allah:
“..dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadan), dan supaya kamu membesarkan Allah kerana mendapat petunjukNya, dan supaya kamu bersyukur”. (Surah al-Baqarah: 185).
Ayat ini menjelaskan tentang kedatangan hari raya sebagai tanda syukur atas nikmat kurniaan Allah. Maka kita disuruh bertakbir membesarkan Allah pada hari raya. Ini semua menzahirkan kejayaan dan kegembiraan.
2. Hari raya bukan hari menzahirkan suasana sedih, sebaliknya hari raya menzahirkan suasana kekuatan, kegembiraan dan perpaduan umat Islam. Kata Ummu Atiyyah r.aha:
“Rasulullah s.a.w memerintahkan kami (kaum wanita) keluar pada hari raya fitri dan adha; termasuk para gadis, wanita haid, anak dara sunti. Adapun mereka yang haid tidak menunaikan solat tetapi menyertai kebaikan dan seruan kaum muslimin” (Riwayat al-Bukhari).
Suasana sebegini menimbulkan perpaduan, kekuatan dan kegembiraan. Wanita haid pun ke suruh untuk keluar ke tempat solat, sekalipun bukan untuk solat tetapi untuk menyertai suasana kemeriahan kaum muslimin.
3. Justeru itu, Nabi s.a.w bersolat di tempat lapang atau musolla (tempat solat). Baginda tidak bersolat di masjid baginda, sekalipun masjid Nabi sangat mulia. Ini bagi menzahirkan suasana gembira dan menggambarkan kepada masyarakat kekuatan umat Islam. Kata Abu Sa’id al-Khudri:
“Rasulullah s.a.w itu pada Hariraya Fitri dan Adha keluar ke musolla. Perkara pertama yang dilakukannya adalah solat” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Kata al-Hafizd Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari:
“Musollah itu tempatnya diketahui di Madinah, di mana antaranya dan masjid sejauh seribu hasta”.
Maka afdal solat di tempat lapang untuk lebih menzahir suasana tersebut. Melainkan tempat lapang sukar didapati, atau hujan atau memberikan kesusahan yang lain kepada orangramai. Al-Imam al-Nawawi (wafat 676H) ketika mensyarahkan hadis Nabi s.a.w bersolat di tempat lapang itu menyebut:
“Hadis ini menjadi dalil untuk mereka yang berpendapat disunatkan keluar bersolat hari raya di musolla. Ia lebih afdal dari ditunaikan di masjid. Inilah amalan orangramai di pelbagai negara. Adapun orang Mekah, mereka sejak dahulu bersolat di masjid (al-Masjid al-Haram)”. (al-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, 6/483. Beirut: Dar al-Khair).
4. Betapa suasana kegembiraan digalakkan pada hari raya, maka Nabi s.a.w mengizinkan atau menggalakkan hiburan seperti nyanyian, pertunjukan dan sukaria yang lain selagi tidak melanggar syariat. Dalam hadis daripada isteri Rasulullah s.a.w Ummul Mukminin ‘Aishah r.aha:
bahawa pada hari raya Fitri atau Adha, Abu Bakr masuk ke rumahnya (rumah ‘Aishah) dan Nabi s.a.w berada di sisinya. Ketika itu ada dua orang gadis sedang menyanyi mengenai kebanggaan Ansar pada Hari Bu‘ath (peperangan antara Aus dan Khazraj). Abu Bakr berkata: “Suara syaitan” (sebanyak dua kali). Nabi s.a.w bersabda: “Biarkan mereka wahai Abu Bakr! Setiap kaum ada hari raya dan sesungguh hari ini adalah hari raya kita” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim yang lain menyatakan mereka memukul gendang sebagai alatan muzik iringan nyanyian mereka. Banyak hadis lain menunjukkan keizinan atau galakan hiburan pada hari-hari kegembiraan seperti hari raya, hari perkahwinan dan seumpamanya. Maka, dendangan lagu hari raya yang menimbulkan suasana kegembiraan adalah digalakkan. Adapun lagu-lagu yang menimbulkan kesedihan ia bertentangan dengan konsep hari raya dalam Islam.
5. Kata Ummul Mukminin ‘Aishah r.ha:
“Pada hari raya orang Sudan membuat pertunjukan permainan perisai dan lembing. Aku tidak pasti sama ada aku yang meminta, atau baginda yang berkata: “Apakah engkau ingin menontonnya?” Jawabku: “Ya”. Lalu baginda menjadikan aku berada belakangnya, pipiku menyentuh pipinya sambil baginda berkata: “Teruskan wahai Bani Arfidah (orang-orang Sudan)”. Sehinggalah aku jemu. Kemudian baginda berkata kepadaku: “Sudah cukupkah (jemukah)?”. Jawabku: “Ya”. Kata baginda: “Kalau begitu, pergilah”. (Riwayat al-Bukhari).
Hadis ini menunjukkan apa-apa pertunjukan, permainan atau gurau senda yang tidak melanggar syariat adalah digalakkan pada hari raya. Bukan satu kecacatan untuk orang yang kuat agama menyertainya, kerana Nabi s.a.w sendiri menonton pertunjukan pada hari raya.
6. Maka, jika berdasarkan kepada hadis-hadis di atas, hiburan kanak-kanak atau dewasa pada hari raya seperti permainan bunga api atau selainnya adalah tidak menyalahi syariat, bahkan digalakkan jika dapat menimbulkan kegembiraan. Begitu juga jamuan pada hari raya, duit raya, hadiah raya dan apa sahaja yang boleh menimbulkan suasana gembira. Namun kesemuanya hendaklah dipastikan dengan kadarnya yang tidak melampaui hukum-hakam syarak.
7. Menziarahi kubur itu pada asalnya disunatkan pada bila-bila masa bagi mengingatkan kita pada hari akhirat. Sabda Nabi s.a.w:
“Aku dahulu melarang kamu menziarahi kubur, namun ziarahi sekarang kerana ia boleh mengingatkan kamu pada hari akhirat” (Riwayat Muslim).
Pada peringkat awal Nabi s.a.w melarang kerana bimbang kesan jahiliah dahulu masih mempengaruhi masyarakat. Apabila kefahaman Islam sudah kukuh, baginda mengizinkan kerana ia membantu mengingatkan hari akhirat. Ertinya, jika sesiapa yang apabila ke kubur akan terpengaruh dengan amalan khurafat, maka mereka ia sepatutnya mengelakkan diri dari menziarahi kubur. Jika ia menyebabkan mengingatkan hari akhirat, maka ia digalakkan.
8. Walaupun menziarahi kubur itu pada asalnya sunat, namun baginda Nabi s.a.w tidak pernah mengkhususkan supaya diziarahi khubur pada hari raya. Perbuatan mengkhususkan hari raya sebagai hari ziarah kubur tidak bersumberkan dari ajaran Nabi s.a.w. Apatahlagi dengan pelbagai upacara yang menyanggahi sunnah Nabi s.a.w yang diadakan oleh sesetengah masyarakat di kubur pada hari raya. Bahkan, jika kita melihat kepada konsep hari raya yang diterangkan, maka perbuatan bersedihan di kubur adalah menyanggahi tujuan hari raya.
9. Pada hariraya disunatkan mandi, berwangian, berpakaian cantik dan berjumpa orang ramai. Dalam hadis Jabir r.a berkata:
“Rasulullah pada hari raya mengambil jalan yang berbeza” (Riwayat al-Bukhari).
Maksudnya, jalan pergi ke tempat dan pulang yang berbeza. Kemungkinan antara hikmahnya untuk berjumpa orang ramai. Maka, berjumpa orang ramai pada hari raya adalah digalakkan dan itu patut menjadi tumpuan, bukan pergi menemui yang telah meninggal dan bersedih di kubur.
10. Pertemuan pada hariraya bukan untuk mencurahkan airmata, tetapi untuk mengucapkan ucapan kejayaan. Para sahabah apabila bertemu pada hari raya mengucapkan TaqabbalaLlah minna wa minka (semoga Allah menerima amalan kami dan kamu)” (lihat: al-Albani, Tamam al-Minnah 354-356). Ucapan-ucapan lain tidak salah selagi mengandungi maksud yang baik dan bukan membawa kepada kesedihan dan kedukaan.
11. Maka, jadikanlah hariraya sebagai hari kegembiraan dan kesyukuran, bukan hari kesedihan.