"Saya pikir ia (Eric) sudah mengalami cuci otak. Tiba-tiba saja ia berhenti minum minuman beralkohol. Ia salat lima waktu sehari dan tidak mau lagi makan daging babi," cerita Karen tentang perubahan perilaku tunangannya.
Sementara Eric, yang semula penganut Kristen Baptis, tapi kemudian menjadi seorang atheis, selama berbulan-bulan mempelajari Islam tanpa memberitahu Karen, hingga akhirnya ia memutuskan menjadi seorang Muslim.
Meski shock Karen tetap ingin melanjutkan rencana pernikahannya dengan Eric. Karen lalu mencari berbagai referensi, mulai dari buku sampai video tentang Islam, untuk memahami agama baru yang dianut calon suaminya. Tapi ia sama sekali tidak berharap akan masuk Islam.
"Saya tumbuh dewasa dengan pola pikir bahwa agama adalah sesuatu yang bodoh. Saya tidak percaya adanya Tuhan. Saya tidak memikirkan bagaimana dunia ini diciptakan, dan terus terang, saya tidak peduli," ujar Karen.
Namun Karen mengakui bahwa agama Islam memberikan penjelasan paling logis tentang Tuhan dan penciptaan alam semesta dan sulit bagi Karen membantahnya.
Karen akhirnya menikah dengan Eric. Ia masih terus mempelajari Islam dan untuk pertamakalinya ia mencoba menunaikan salat, saat suaminya bekerja di kantor. Ia belajar salat sendiri dari sebuah buku.
"Sampai pada titik ini, saya melakukan segala sesuatunya dengan diam-diam. Saya tidak cerita pada Eric. Saya tidak mau memeluk agama hanya karena suami saya memeluk sebuah agama. Saya ingin menemukan jalan saya sendiri," ungkap Karen.
"Karena berlatar belakang atheis, saya lebih mudah menerima Islam dibandingkan seorang Kristiani, karena dalam hal ini saya tidak perlu melepas agama apapun," sambungnya.
Karen dan suaminya mulai sering melakukan pertemuan dengan komunitas Muslim untuk belajar Al-Quran. Hingga akhirnya, Karen membulatkan tekad untuk mengikuti jejak suaminya memeluk agama Islam. Karen pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslimah.
Tapi pilihan Karen membuat orang tuanya kaget. "Suatu hari, ia datang dengan mengenakan gaun panjang dan jilbab. Saya terkejut dibuatnya," kata ayah Karen, Ray Alfred.
Alfred mengaku merasa asing melihat anak perempuannya ketika itu dan ia merasa khawatir dengan keselamatan Karen saat terjadi serangan 11 September 2001 di AS.
"Anda ingin mencintai anak Anda, tapi ketika mereka melakukan sesuatu yang asing bagi Anda. Hal ini sangat sulit," ujar Alfred, "Saya akan memberikan apa saja asalkan ia tidak memeluk agama itu (Islam)."
Ibu Karen mengungkapkan komentar serupa, yang terus terang mengatakan bahwa ia tidak suka dengan jilbab yang digunakan puterinya. "Karen adalah seorang gadis cantik dengan rambut yang indah," kata Jane Barret.
Karen memahami kegundahan kedua orang tuanya mendengar ia sudah menjadi seorang muslimah dan mengenakan busana muslim. Karena sendiri mengaku butuh waktu berbulan-bulan sebelum ia memutuskan untuk berjilbab.
"Saya hanya memakai jilbab jika pergi ke tempat-tempat yang saya rasa tidak akan ada orang yang mengenal saya," ujar Karen sambil tertawa.
Tapi sekarang, Karen selalu mengenakan jilbab kemanapun ia pergi, termasuk ke tempat kerjanya dimana ia bekerja sebagai staf akuntan di sebuah jaringan restoran.
Karen mengatakan, memeluk Islam telah membuatnya melihat kehidupan dengan cara pandang yang baru. "Dari seorang yang tidak percaya Tuhan menjadi orang yang percaya Tuhan, rasanya sungguh luar biasa. Islam membuka mata saya terhadap banyak hal yang selama ini saya abaikan. Terutama, bahwa kehidupan adalah sebuah karunia," tukas Karen menutup kisahnya. (ln/MCC)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan