KEPADA SEMUA WARGA TAMAN DAWANI, BUKIT SENANG & TAMAN BERINGIN. SILA SAKSIKAN SIARAN TERTUNDA KORBAN AIDIL ADHA YANG TELAH BERLANGSUNG SEBENTAR TADI (27 NOV 2009=10 DZULHIJJAH 1430)
SENYUM-SENYUM SELALU SEKIRANYA GAMBAR ANDA ADA DALAM RAKAMAN INI
AJK SURAU AL-RIDZUAN MENGUCAPKAN TAHNIAH DAN JAZAKUMULLAHU KHAIRAN KASIRAN KEPADA SEMUA YANG TERLIBAT
Puasa hari ‘Arafah ialah puasa sunat pada hari kesembilan Dzulhijjah yang disunatkan bagi mereka yang tidak melakukan ibadah haji. Kelebihan berpuasa pada hari ini ialah ia dapat menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lalu dan dosa setahun yang akan datang, sebagaimana hadith yang telah diriwayatkan daripada Abu Qatadah al-Anshari ra:
Dan Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa di hari ‘Arafah. Maka Baginda bersabda: “Ia menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” (Hadith Riwayat Imam Muslim)
Manakala bagi mereka yang melakukan ibadah haji pula adalah disunatkan untuk tidak berpuasa pada hari ‘Arafah dan adalah menyalahi perkara yang utama jika mereka berpuasa juga pada hari itu berdasarkan apa yang diriwayatkan dari Ummu al-Fadhl binti al-Harith:
Ramai di kalangan sahabat Rasulullah SAW yang ragu-ragu tentang berpuasa pada hari ‘Arafah sedangkan kami berada di sana bersama Rasulullah SAW, lalu aku membawa kepada Baginda satu bekas yang berisi susu sewaktu Baginda berada di ‘Arafah lantas Baginda meminumnya. (Hadith Riwayat Imam Muslim)
Juga daripada hadith yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra:
Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada Hari ‘Arafah bagi mereka yang berada di ‘Arafah. (Hadith Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’ie; at-Thabrani dari Aisyah rha) [1]
Disunatkan juga berpuasa pada hari ke 8 Dzulhijjah di samping berpuasa pada hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah) sebagai langkah berhati-hati yang mana kemungkinan pada hari ke 8 Dzulhijjah itu adalah hari yang ke 9 Dzulhijjah (Hari ‘Arafah). Bahkan adalah disunatkan berpuasa lapan hari, iaitu dari hari yang pertama bulan Dzulhijjah hingga ke hari yang kelapan sama ada bagi orang yang mengerjakan haji atau tidak mengerjakan haji, bersama-sama dengan hari ‘Arafah.Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra:
Rasulullah SAW bersabda: “Tiada amal yang soleh yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih disukai daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama dalam bln Dzulhijjah).” (Hadith Riwayat al-Bukhari)
Dalam hadith yang lain yang diriwayatkan dari Hunaidah bin Khalid, dari isterinya, dari beberapa isteri Nabi SAW:
Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan puasa sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah, di hari ‘Asyura dan tiga hari di setiap bulan iaitu hari Isnin yang pertama dan dua hari Khamis yang berikutnya. (Hadith Riwayat Imam Ahmad dan an-Nasa’ie)
Adapun berpuasa pada hari Aidiladha (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik (11, 12 dan 13 Dzulhijjah) adalah diharamkan berdasarkan hadith yang diriwayatkan dari Umar ra:Bahawasanya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari, iaitu ‘Eid al-Adha dan ‘Eid al-Fitr. (Hadith Riwayat Imam Muslim, Ahmad, an-Nasa’ie, Abu Dawud)
Serta hadith yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra:
Rasulullah SAW telah mengirimkan Abdullah Ibn Huzhaqah untuk mengumumkan di Mina: “Kamu dilarang berpuasa pada hari-hari ini (hari tasyrik). Ia adalah hari untuk makan dan minum serta mengingati Allah.” (Hadith Riwayat Imam Ahmad, sanadnya hasan) [2]Allahu a’lam bisshawab... ——————————————————
[1] al-Imam as-Syaf’ie rh berpendapat; “Disunatkan puasa pada hari ‘Arafah bg mereka yang tidak mengerjakan ibadah haji. Adapun bg yang mengerjakan ibadah haji, adalah lebih baik untuknya berbuka agar ia kuat berdoa di ‘Arafah.” Dari pendapat Imam Ahmad rh pula; “Jika ia sanggup berpuasa maka boleh berpuasa, tetapi jika tidak hendaklah ia berbuka, sbb hari ‘Arafah memerlukan kekuatan (tenaga).” Begitu juga dengan para sahabat yang lain, lebih ramai yang cenderung untuk tidak berpuasa pada hari ‘Arafah ketika mengerjakan ibadah haji
[2] Ulama Syafi’iyyah membenarkan untuk berpuasa pada hari tasyrik hanya untuk keadaan tertentu seperti bersumpah, qadha puasa di bulan Ramadhan serta puasa kifarah (denda). Puasa tanpa sebab tertentu pada hari-hari ini (puasa sunat) adalah ditegah.
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan segenap sahabatnya.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rahimahullah, dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fisabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fisabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun".
Imam Ahmad, Rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu 'Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid".
MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN
[1]. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Artinya : Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga".
[2]. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah. Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadis Qudsi :
"Artinya : Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku".
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun". [Hadits Muttafaq 'Alaih].
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah Rahimahullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya".
[3]. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut. Sebagaimana firman Allah Ta'ala.
"Artinya : .... dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan ...". [Al-Hajj : 28].
Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma.
"Artinya : Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid". [Hadits Riwayat Ahmad].
Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu"
"Artinya : Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah(Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah".
Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu ...". [Al-Baqarah : 185].
Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do'a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain.
Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do'a-do'a lainnya yang disyariatkan.
[4]. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa. Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta'atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.
Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya" [Hadits Muttafaq 'Alaihi].
[5]. Banyak Beramal Shalih. Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.
[6]. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah ; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.
[7]. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-hari Tasyriq. Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta'ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu". [Muttafaq 'Alaihi].
[8]. Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu 'Anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari(memotong) rambut dan kukunya".
Dalam riwayat lain : "Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban".
Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.
"Artinya : ..... dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan...". [Al-Baqarah : 196].
Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.
[9]. Melaksanakan Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya. Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.
[10]. Selain Hal-Hal Yang Telah Disebutkan Diatas. Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya.
" (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir ". (QS: Qaaf : 17/18)
"Dan senantiasa seorang hamba mendekat kepada-Ku dengan amalan Sunnah sehingga Aku mencintainya." (HR Bukhari)
"Ya Allah, Rahmat-Mu aku harapkan, maka janganlah Engkau serahkan (urusan) ku kepada diriku walau sekejap mata, perbaikilah semua urusanku, tiada ilah selain Engkau." (HR Abu Daud dgn sanad yg sohih)
Ustaz, di ketika ini agak heboh perbincangan berkenaan boleh atau tidak orang bukan Islam masuk masjid dan meberi ucapan. Saya ingin bertanya kepada ustaz tentang hal ini, adakah perbincangan ulama di dalam hal ini atau memang tidak dibenarkan? Setahu saya, mazhab Syafie membenarkan jadi adakah pandangan yang melarang ini adalah pandangan pengikut Wahabi?.
Sebelum menjawab persoalan yang diutarakan oleh saudara penyoal, saya ingin terlebih dahulu menjelaskan, paling kurang terdapat tiga isu yang diperbincangkan oleh ulama Islam di dalam hal ini.
Pertama : Bukan Islam memasuki Masjidil Haram.
Kedua : Sebab mengapa bukan Islam dilarang memasuki masjidil haram.
Ketiga: Bukan Islam memasuki masjid selain masjidil Haram
Saya akan cuba meringkaskan jawapan bagi ketiga-tiga persoalan sekaligus secara padat dan mampu difahami, InshaAllah.
Asas rujukan hukum bagi persoalan ini diambil dari dua ayat berikut :
Ertinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu kotor, maka janganlah mereka mendekati Masjidil haram sesudah tahun ini.. (At-Taubat : 28)
Ertinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja." ( 4:43 )
MASUK MASJIDIL HARAM
Majoriti ulama melarang bukan Islam memasuki masjidil haram atas larangan yang terdapat di dalam ayat diatas. Namun Imam Abu Hanifah dan Ahmad mempunyai sedikit perincian dalam hal tersebut.
Berdasarkan dua ayat ini, majoriti ulama dari kalangan mazhab maliki dan Syafie melarang bukan Islam memasuki Masjidil Haram, namun demikian dibenarkan bagi ahli Kitab (Kristian dan Yahudi) untuk memasukinya dengan syarat-syarat tertentu.
Imam Abu Hanifah pula menyatakan non-muslim dibenarkan untuk memasuki masjidil haram sekadar lalu, namun tidak dibenarkan untuknya duduk dan menetap di sana (sebagaimana sebahagian umat Islam); ini kerana beliau berpandangan, ‘kotor' yang disebut di dalam ayat itu hanyalah membawa maksud kekotoran syirik yang melibatkan hati bukannya kekotoran fizikal. Lebih dari itu, Ibn Hajar menyatakan mazhab Hanafi membenarkan bukan Islam memasuki masjid tanpa syarat.
Imam Ahmad Hanbal pula menyatakan bukan Islam hanya dibenarkan untuk memasuki masjidil haram dan lainnya setelah mendapat kebenaran dari umat Islam atas tujuan-tujuan yang munasabah seperti pembinaan dan maintainance. Beliau mengambil dalil iaitu penduduk Taif dibenarkan oleh nabi s.a.w untuk menetap dan tinggal di masjid sebelum mereka memeluk Islam.
Rasulullah juga diriwayatkan menerima tetamu Kristian dari Najran di dalam masjid Madinah, malah ketika itu mereka juga diizinkan oleh Nabi s.a.w untuk menunaikan sembahyang mereka di dalam masjid, nabi menyebut kepada sahabat
"Biarkan mereka (untuk melunaskan sembahyang mereka)"
Selain itu, Imam Al-Bukhari juga ada membawakan sebuah hadis yang menyebut bagaimana seorang bukan Islam bernama Thamamah ibn Athal, diikat oleh Rasulullah di dalam masjid (ditanglkap atas kesalahan tertentu),
بعث رسول اللَّهِ خَيْلًا قِبَلَ نَجْدٍ فَجَاءَتْ بِرَجُلٍ من بَنِي حَنِيفَةَ يُقَالُ له ثُمَامَةُ بن أُثَالٍ فَرَبَطُوهُ بِسَارِيَةٍ من سَوَارِي الْمَسْجِدِ
Ertinya : Rasulullah s.a.w menghantar seorang berkuda di arah Najd, maka terlihat seorang lelaki dari Bani Hanfiah ( sedang mengintip) yang bernama Thumamah Bin Uthal, lalu diikatnya di satu tiang dari tiang-tiang masjid ( Riwayat Al-Bukhari & Muslim )
Selepas tiga hari, akhirnya setelah dia melihat bagaimana umat islam beribadah dan keramahan umat Islam kepadanya yang sentiasa bertanya keadaannya, dia akhirnya memeluk Islam kerana tertawan melihat keindahan kehidupan dan ibadah umat Islam.[1]
HUKUM MASUK MASJID SELAIN MASJIDIL HARAM
Imam Ibn Hajar Al-‘Asqolani ketika menghuraikan isu ini mengatakan mazhab Maliki tetap MELARANG bukan Islam memasuki masjid manakala Mazhab Syafie, Hanbali danHanafi membenarkan bukan Islam untuk memasuki masjid-masjid lain dengan syarat-syarat tertentu. Beliau juga menegaskan kebenaran ini cukup kuat dari dalil tawanan perang bernama Thumamah tersebut.
Imam Nawawi menghuraikan :
وفي هذا جواز ربط الأسير وحبسه وجواز إدخال المسجد الكافر ومذهب الشافعي جوازه بإذن مسلم سواء كان الكافر كتابيا أو غيره وقال عمر بن عبد العزيز وقتادة ومالك لا يجوز
Ertinya : Melihat kepada hadis ini, harus hukumnya mengikat tawanan dan menahannya serta harus juga seorang yang bukan Islam untuk memasuki masjid. Mazhab Syafie : menyatakan keharusannya dengan syarat terdapat keizinan dari umat Islam sama ada kafir itu dari kalangan ahli Kitab atau selainnya. Namun Khalifah Umar bin Abd Aziz, Qatadah dan Imam Malik tidak mengharuskannya. (Syarah Sohih Muslim, 12/87)
Selain yang diatas, anak murid Imam Syafie yang utama iaitu Al-Muzani juga berbeza ijtihad dengan gurunya, beliau menyatakan TIDAK HARUS bukan Islam memasuki masjid apatah lagi menetap di dalamnya, kerana jika mereka dibenarkan, sudah tentu orang yang berjunub juga akan dibenarkan. Sedangkan ayat di atas menyebut larangan bagi mereka yang berjunub memasuki masjid kecuali lalu sahaja.
Al-Mawardi memetik kata Al-Muzani iaitu :-
لأنه لو جاز ذلك له لكان الجنب المسلم أولى به لموضع حرمته وتشريفهفلما لم يجز للمسلم المبيت فيه كان المشرك أولى
Ertinya : Sekiranya harus (bagi bukan Islam masuk masjid), sudah tentu muslim yang berjunub lebih utama untuk dibenarkan disebabkan kehormatannya dan kemuliaannya, maka di ketika TIDAK HARUS bagi seorang Muslim menetap di dalamnya, maka tentulah bukan Islam lebih lagi dilarang (kerana mereka dikira sentiasa berjunub) ( Al-Hawi Al-Kabir, 2/268)
Imam Al-Mawardi As-Syafie membawakan pula teks kata-kata Imam Syafie dalam hal ini iaitu :-
ولا بأس أن يبيت المشرك في كل مسجد إلا المسجد الحرام
Ertinya : Tiada masalah untuk seorang bukan Islam menetap di setiap masjid kecuali masjidil Haram. ( Al-Hawi Al-Kabir, 2/268)
KESIMPULANNYA
Majoriti ulama bersepakat bukan Islam TIDAK BOLEH MEMASUKI masjidil haram, namun dengan agak ketara mereka berbeza ijtihad dalam menentukan hukum bagi masjid-masjid yang lain.
Namun demikian, majoriti ulama silam dan kontemporari dilihat mengharuskan bagi masjid-masjid biasa dengan syarat-syarat tertentu seperti :-
1)Mestilah dengan izin umat Islam atau badan berkuasa Islam bagi masjid berkenaan.
2)Mestilah mempunyai sebab yang munasabah untuk memasukinya sama ada untuk mendengar penerangan berkenaan Islam, mendaftar sesuatu, bertanya, melihat dan mempelajari cara ibadah umat Islam dan yang seumpamanya.
3)Mereka mestilah menghormati seluruh keadaan dan alatan masjid, tidak membuat kebisingan dan memakai pakaian yang sesuai seperti menutup aurat bagi wanitanya yang izin memasuki masjid.
Berkenaan sama ada larangan memasuki masjid adalah pandangan wahabi atau tidak. Ia tidak berkaitan dengan wahabi, sememangnya terdapat sebahagian ulama yang melarang, namun mereka yang disebut di atas semuanya berada di zaman sebelum lahirnya Syeikh Muhammad Ibn Abd Wahab. Justeru, tiada sebarang kaitan dengannya.
Namun demikian, jika apa sahaja yang berbeza dengan mazhab Syafie itu dilabel sebagai Wahabi oleh orang Malaysia, maka mereka yang melarang mungkin boleh digelar Wahabi. Wallahu'alam.
Cuma sedariah tindakan label melabel ini adalah bukanlah satu tindakan yang tepat malah tidak boleh sama sekali disebabkan satu isu dua pandangannya, habis digeneralisasikan seseorang itu sebagai Wahabi dan semua ciri-ciri yang direka. Bersikap wajar dan adillah.
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallammerupakan teladan bagi orang-orang beriman dalam segala hal. Beliau teladan dalam hal dzikrullah (mengingat Allah). Sehingga suatu ketika Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu’anha pernah memberi kesaksian.
Aisyah radhiyallahu’anhaberkata: ”Nabi shollallahu ’alaih wa sallam senantiasa mengingat Allah dalam setiap keadaan.” (HR Bukhary 558)
Lalu dalam hadits yang lain putera Umar bin Khattab radhiyallahu’anhuma bersaksi bahwa beliau benar-benar menghitung dalam satu kali duduk dalam suatu majelis Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallamtidak kurang dari seratus kali memohon ampun dan bertaubat kepada Allah.
Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma berkata: “Sesungguhnya kami benar-benar menghitung dzikir Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dalam satu kali majelis (pertemuan), beliau mengucapkan 100 kali (istighfar dalam majelis): “Ya Rabb, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat dan Maha Penyayang.” (HR Abu Dawud 1295)
Kebiasaan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berdzikir mengingat Allah dalam setiap keadaan serta memohon ampunan Allah menunjukkan betapa seriusnya beliau dalam upaya menjalin hubungan dengan Allah Rabbul ‘aalamien. Nabi shollallahu ’alaih wa sallamtidak ingin melewatkan sesaatpun tanpa mengingat Allah dan memohon ampunanNya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ingin menunjukkan kepada para pengikutnya bahwa seorang yang mengaku beriman sudah sepatutnya memperbanyak mengingat Allah. Sebab semakin sering mengingat Allah berarti akan semakin tenteram hati seseorang.
”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingai Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’du ayat 28)
Ketenteraman Nabi shollallahu ’alaih wa sallamdan orang-orang beriman muncul ketika sedang mengingat Allah. Dan Allah menyuruh orang-orang beriman untuk mengingat Allah sebanyak mungkin. Tidak seperti orang-orang munafik yang tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali. Mereka tidak merasa perlu untuk sering apalagi banyak mengingat Allah. Mereka mengerjakan sholat dengan kemalasan dan dengan niyat untuk dilihat dan dipuji manusia. Pada hakikatnya orang-orang munafik kalaupun mengingat Allah, maka mereka hanya dzikir dengan jumlah yang sangat sedikit dan tidak berarti.
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS AN-Nisa ayat 142)
Lalu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam merupakan hamba Allah yang gemar memohon ampunan Allah dan bertaubat kepadaNya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ingin mendidik ummatnya agar selalu menghayati bahwa manusia selalu dalam keadaan banyak berbuat dosa. Sehingga manusia selalu membutuhkan ampunan Allah. Manusia selalu dalam keadaan cenderung menyimpang dari jalan yang lurus. Sehingga manusia perlu untuk selalu bertaubat (kembali) kepada Allah dan jalan Allah.
Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallammengajarkan suatu lafal doa yang disebut Sayyidul Istighfar (Penghulu Istighfar). Nabi shollallahu ’alaih wa sallammemotivasi orang-orang beriman melalui lafal doa Sayyidul Istighfar. Barangsiapa yang setiap hari membiasakan dirinya membaca doa tersebut dengan penuh keyakinan, maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallammenjamin pelakunya sebagai penghuni surga di akhirat kelak.
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Penghulu Istighfar ialah kamu berkata: “Allahumma anta rabbi laa ilaha illa anta kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu a’udzubika min syarri ma shona’tu abu-u laka bini’matika ‘alaiyya wa abu-u bidzanbi faghfirli fa innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illa anta (Ya Allah, Engkau adalah Rabbku. Tiada ilaha selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hambaMu dan aku selalu berusaha menepati ikrar dan janjiku kepadaMu dengan segenap kekuatan yang aku miliki. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui betapa besar nikmat-nikmatMu yang tercurah kepadaku; dan aku tahu dan sadar betapa banyak dosa yang telah aku lakukan. Karenanya, ampunilah aku. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).” Barangsiapa yang membaca doa ini di sore hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya, maka dia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang membaca doa ini di pagi hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada siang harinya, maka dia termasuk penghuni surga.” (HR Bukhary 5831)
Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hambaMu yang gemar mengingatMu, gemar memohon ampunanMu dan gemar bertaubat (kembali) ke jalanMu. Amin ya Rabb.-
Kita berpakaian untuk melindungi tubuh, untuk nampak lebih berketerampilan, juga sebagai melaksanakan sunnah yang dianjurkan Islam. Namun tidak semua konsep berpakaian menepati syariat, malah ada ketikanya ia mendatangkan ‘bala’ pula kepada kita. Ini sama seperti pesan Rasulullah lewat hadis baginda;
Daripada Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud, “Ada dua macam penghuni neraka yang kedua-duanya belum kelihatan olehku. Pertama, kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk memukul orang lain. Kedua, wanita yang berpakaian tetapi sama seperti telanjang (kerana pakaiannya tidak menutup aurat, nipis dan mendedahkan bahagian yang tidak sepatutnya dilihat bukan muhrim) dan wanita yang mudah dirayu dan juga suka merayu. Wanita tersebut tidak dapat masuk syurga, bahkan tidak dapat mencium bau syurga, padahal bau syurga itu dapat dicium dari jarak yang sangat jauh.” (Sahih Muslim)
Salah satu budaya malang yang menimpa wanita Islam dewasa kini ialah budaya berpakaian tetapi telanjang. Kebanyakan wanita hari ini berpakaian mengikut fesyen walaupun ada sesetengah fesyen yang dikenakan amat bertentangan dengan syariat Islam. Ada sesetengah wanita pula menyangkakan bahawa dengan bertudung, mereka sudah menutup aurat, sedangkan apa yang mereka sarungkan di tubuh badan mereka hanyalah pakaian yang nipis melayang ataupun yang ketat dan sendat seperti nangka dibalut dan nampakkan segala-galanya. Ada juga yang menenakan tudung tetapi menampakkan lengan (short sleeve). Sesetengahnya pula berbaju pendek/singkat hingga menampakkan seluar dalam, bentuk ‘V’ line dan lurah ‘bumper’ mereka.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah r.a. bahawa ketika Asma’ binti Abu Bakar r.a. bertemu dengan Rasulullah SAW, ketika itu Asma’ sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasulullah SAW memalingkan muka seraya bersabda, “Wahai Asma’! Sesungguhnya, jika seorang wanita sudah sampai masa haid, maka tidak layak lagi bagi dirinya menampakkannya, kecuali ini ...” (baginda mengisyaratkan pada muka dan tangannya).
Kenapa wajib menutup aurat? Jawapannya ada dalam al-Quran, Allah SWT telah berfirman yang bermaksud, “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Surah al-Ahzab [033], ayat 59)
Ciri-ciri pakaian Muslimah :
Tudung mestilah labuh menutupi dada dan tidak jarang/nipis Baju mestilah labuh dan longgar Lengan baju panjang sehingga pergelangan tangan Kain/seluar yang dipakai mesti panjang sehingga ke buku lali (mata kaki) Kasut yang tidak berbunyi (sekiranya hendak memakai kasut yang bertumit tinggi, pastikan tumitnya diperbuat daripada getah) Memakai sarung kaki
Dalam urusan berdandan atau berhias-hiasan bagi golongan isteri juga haruslah dilakukan menepati syariat seperti mendapat izin suami terlebih dahulu. Ini ditegaskan Rasulullah SAW seperti yang diceritakan daripada Asma Abu Bakar mengenai seorang wanita yang datang bertanya kepada Rasulullah, “Saya mempunyai kemusykilan. Berdosakah kalau saya berdandan dengan harta suami yang belum diberikannya kepada saya?” Balas Rasulullah SAW, “Orang yang berdandan dengan apa yang belum diberikan suaminya, sama dengan memakai dua helai baju palsu (penuh dosa).” (Sahih Muslim)
Tahukah anda bahawa telefon bimbit anda sedikit sebanyak boleh membantu dikala kecemasan.Banyak perkara yang boleh anda lakukan,antaranya : -
1) NOMBOR KECEMASAN
- Sentiasa ingat bahawa nombor kecemasan untuk semua telefon adalah 112.Jika anda dalam kecemasan dan berada dikawasan tiada liputan untuk semua talian telefon bimbit yang anda gunakan, cuba dail nombor kecemasan 112.Ia boleh digunakan walaupun di kawasan yang tiada liputan dan lebih menarik lagi,ia boleh terus didail walaupun papan kekunci telefon bimbit anda dikunci ( Keypad lock ) 2) KERETA TERKUNCI
- Pernahkah anda tertinggal kunci kereta dalam kereta dan kereta anda ketika itu terkunci dari luar.Mesti anda lakukan pelbagai cara untuk mendapatkan kembali kunci bagi membuka semula kereta anda.Jangan risau,telefon bimbit boleh membantu,tapi bagi kereta yang menggunakan system penggera ( alarm ) sahaja . Caranya,cuba anda hubungi seseorang yang berada di rumah.Minta dia ambilkan kunci pendua kereta anda.Kemudian pegang telefon bimbit anda dari jarak kira-kira 30 sm ( satu kaki ) dari kereta yang terkunci itu.Minta pula keluarga atau teman di rumah menekan punat ' ON ' pada kunci pendua kereta dan pastikan dia menekan dengan mendekatkan pada telefon bimbitnya.Pasti kereta anda tidak terkunci lagi,malah ia boleh dilakukan dari jarak beratus-ratus kilometer dari tempat kereta anda berada.Kerana itu juga,penting untuk anda menyimpan kunci pendua atau meminta orang yang anda percayai untuk menyimpannya. Penting juga penggunaan telefon bimbit dalam keadaan sebegini.Kaedah ini memang berkesan kerana beberapa orang telah mencubanya.
3) KUASA BATERI TERSEMBUNYI
- Mungkin ramai tidak tahu,telefon bimbit yang telah kehabisan bateri masih boleh digunakan dalam keadaan kecemasan kerana ia mempunyai fungsi untuk menyimpan bateri tambahan.Bayangkan jika bateri telefon bimbit anda sudah terlalu lemah atau mati sedangkan anda perlu melakukan panggilan penting atau berada dalam kecemasan.Telefon bimbit jenis Nokia didatangkan dengan bateri simpanan.Untuk mengatifkannya, tekan kekunci ' *3370# ' . Telefon bimbit anda akan berjaya dihidupkan semula dan skrin telefon akan memberitahu telefon tentang penambahan kuasa bateri sebanyak 50 peratus.Kuasa tambahan ini juga akan dicas semula bila anda mengecas telefon bimbit anda .
4) TELEFON KENA CURI
- Bagaimana jika telefon bimbit anda dicuri.Anda boleh menjadikan ia tidak dapat diaktifkan dengan menekan nombor siri yang terdapat di telefon bimbit anda,sila dail *#06# dan 15 digit nombor siri telefon bimbit anda akan tertera di skrin.Nombor ini adalah unik untuk setiap telefon bimbit.Catatkan nombor siri ini dan simpannya di tempat Selamat.Bila telefon bimbit anda dicuri,anda boleh hubungi pusat servis telefon bimbit anda dan berikannya kod nombor siri tersebut.Mereka kemudiannya akan mengunci system dalam telefon bimbit anda dan sesiapa sahaja yang mencurinya pasti hampa kerana walaupun kad simnya telah ditukar,dia tidak akan berupaya mengaktifkan kembali telefon bimbit tersebut.Jadi, walaupun ia di curi,namun sekurang-kurangnya anda berpuas hati kerana si pencuri takkan boleh menggunakannya ataupun menjualnya
Hari raya Aidiladha merupakan salah satu dari hari kebesaran dan perayaan bagi seluruh umat Islam.
Anas bin Malik r.a berkata: Nabi s.a.w pernah datang ke Madinah sedangkan penduduknya memiliki dua hari raya. Pada kedua-duanya mereka bermain-main (bergembira) di masa jahiliah. Lali baginda bersabda:
إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ Maksudnya: “Sesungguhnya ALLAH telah menggantikan kedua-duanya bagi kamu semua dengan dua hari yang lebih baik, iaitu hari raya Aidiladha dan Aidilfitri.” - Hadis riwayat al-Nasaai, di dalam Sunan al-Nasa’i, hadis no: 959.
Aidiladha juga diberi gelaran sebagai hari raya haji kerana ia diraikan ketika umat Islam mengerjakan salah satu dari amal ibadah yang termasuk di dalam rukun Islam yang lima, iaitu ibadah haji. Di samping itu, Aidiladha juga dikenali sebagai hari raya korban kerana antara syiar semasa merayakannya adalah mengorbankan haiwan seperti unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Ibadah korban dilakukan sempena memperingati kisah pengorbanan Nabi Ibrahim a.s yang sanggup menyembelih anak kesayangannya Nabi Ismail a.s kerana taat kepada perintah ALLAH. Namun, berkat kesabaran serta ketaatan kedua-dua ayah dan anak ini maka ALLAH telah menggantikannya dengan seekor binatang ketika Nabi Ibrahim sudah bersedia menyembelih anaknya itu. Peristiwa ini telah dirakamkan oleh ALLAH sebagaimana firman ALLAH S.W.T:
"Maka ketika anaknya itu sampai (ke peringkat umur yang membolehkan dia) berusaha bersama-sama dengannya, Nabi Ibrahim berkata: Wahai anak kesayanganku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahawa aku akan menyembelihmu. Apakah pendapatmu? Anaknya menjawab: Wahai ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya ALLAH, ayah akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar. Setelah kedua-duanya berserah bulat-bulat (menjunjung perintah ALLAH itu), Nabi Ibrahim merebahkan anaknya dengan meletakkan iringan mukanya di atas tompok tanah. (KAMI sifatkan Ibrahim dengan kesungguhan azamnya itu telah menjalankan perintah KAMI).
Lantas KAMI menyerunya: Wahai Ibrahim! Engkau telah menyempurnakan maksud mimpi yang engkau lihat itu. Demikianlah sebenarnya KAMI membalas orang-orang yang berusaha mengerjakan kebaikan. Sesungguhnya perintah ini adalah satu ujian yang nyata dan KAMI tebus anaknya itu dengan seekor binatang sembelihan yang besar serta KAMI kekalkan baginya (nama yang harum) di kalangan orang-orang yang datang terkemudian." – Surah al-Soffaat: 101-108.
Rentetan dari peristiwa ini, saban tahun ketika merayakan hari raya Aidiladha maka umat Islam menyembelih binatang-bintang korban lalu mengagih-agihkannya kepada golongan yang kurang bernasib-baik seperti orang miskin, anak yatim, orang Islam yang sedang ditimpa musibah dan lain-lain lagi.
KEUTAMAAN MENGERJAKAN IBADAH KORBAN
Ibadah korban ini memiliki keutamaan yang begitu besar bagi mereka yang mengerjakannya.
Firman ALLAH S.W.T:
"Dan KAMI jadikan unta (yang dihadiahkan kepada fakir miskin Makkah itu) sebahagian dari syiar agama ALLAH untuk kamu; pada menyembelih unta itu ada kebaikan bagi kamu. Oleh itu, sebutlah nama ALLAH (semasa menyembelihnya) ketika ia berdiri di atas tiga kakinya. Setelah ia tumbang (serta putus nyawanya), makanlah sebahagian daripadanya dan berilah (bahagian yang lain) kepada orang-orang yang tidak meminta dan yang meminta. Demikianlah KAMI memudahkannya untuk kamu (menguasai dan menyembelihnya) supaya kamu bersyukur. Daging dan darah binatang korban atau hadiah itu tidak sekali-kali akan sampai kepada ALLAH. Tetapi, yang sampai kepada-NYA ialah amal yang ikhlas berdasarkan takwa daripada kamu. Demikianlah DIA memudahkan binatang-binatang itu bagi kamu supaya kamu membesarkan ALLAH kerana mendapat nikmat petunjuk-NYA. Dan sampaikanlah berita gembira (dengan balasan yang sebaik-baiknya) kepada orang-orang yang berusaha supaya baik amalnya." – Surah al-Haj: 36-37.
Melalui ayat di atas dapat kita senaraikan beberapa keutamaan ibadah korban seperti berikut:
1) Ibadah korban dapat membawa kebaikan dalam kehidupan bermasyarakat dengan mempereratkan hubungan kasih sayang antara golongan yang kurang bernasib baik seperti golongan fakir miskin, anak yatim, ibu tunggal dan seumpamanya dengan golongan yang bernasib baik melalui pengagihan daging-daging korban.
2) Ibadah korban berupaya membentuk insan yang bersyukur melalui penyembelihan haiwan korban yang dilakukannya dengan menggunakan hasil rezeki tersebut dalam rangka beribadah dan mendekatkan diri kepada ALLAH.
3) Ibadah korban dapat membentuk jiwa yang ikhlas kerana sejumlah wang ringgit telah dibelanjakan demi mendapat keredhaan ALLAH.
4) Ia juga merupakan bukti ketakwaan kita kepada ALLAH kerana menurut perintahnya.
5) Ibadah korban merupakan amalan mulia dan sesiapa yang menunaikan ibadah tersebut bakal mendapat ganjaran paling baik, iaitu syurga.
HUKUM IBADAH KORBAN
Para ulamak berbeza pendapat mengenai hukum melakukan ibadah korban. Ia terbahagi kepada dua pendapat, iaitu:
1. Wajib bagi yang mampu.
Ini merupakan pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Rabi’ah al-Ra’yi, al-Auza’i, al-Laits bin Saad, salah satu dari pendapat Imam Ahmad bin Hanbal dan pendapat ini telah dirajihkan (dibenarkan) oleh Syeikh al-Islam Ibn Taimiyyah. Dalil-dalil yang menyokong pendapat ini adalah seperti berikut:
"Oleh itu, kerjakanlah solat kerana TUHANnmu semata-mata dan sembelihlah korban (sebagai bersyukur)." – Surah al-Kautsar: 2.
Ayat ini menggambarkan kewajipan ibadah korban sebagaimana kewajipan mengerjakan solat. Ini kerana, kedua-dua ibadah tersebut dihubungkan dengan kata penghubung wau (و) bermaksud 'dan' yang mana ia menunjukkan ada persamaan hukum.
Jundab bin Abdillah bin Sufyan al-Bajali r.a berkata:
Maksudnya: "Nabi s.a.w solat pada hari al-Nahr (Aidiladha) kemudian berkhutbah lalu menyembelih (bintang) korbannya lantas bersabda: Sesiapa yang menyembelih sebelum solat (hari raya Aidiladha), sembelihlah yang lain sebagai penggantinya dan sesiapa yang belum menyembelih maka sembelihlah dengan nama ALLAH." – Hadis riwayat al-Bukhari di dalam Sahih al-Bukhari, hadis no: 985.
Perintah Rasulullah s.a.w agar mengulangi ibadah korban jika ia dilakukan sebelum solat hari raya Aidiladha menunjukkan ia termasuk perkara wajib. Jika tidak, sudah pasti baginda tidak akan memerintahkan agar penyembelihan diulangi.
Menurut Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w telah bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا Maksudnya: "Sesiapa yang memiliki kemampuan (keluasan rezeki) dan tidak menyembelih, maka jangan dekati tempat solat kami." – Hadis riwayat Imam Ibn Majah di dalam Sunan Ibn Majah, hadis no: 3114
Hadis ini berupa ancaman bagi golongan yang memiliki kemampuan untuk menyembelih pada hari raya Aidiladha tetapi tidak mengerjakan ibadah korban. Ancaman berat ini tidak akan dikeluarkan oleh baginda melainkan ia sebagai bukti mengenai kewajipannya.
Mikhnaf bin Sulaim r.a berkata:
كُنَّا وُقُوفًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَفَاتٍ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِي كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةٌ وَعَتِيرَةٌ. هَلْ تَدْرُونَ مَا الْعَتِيرَةُ؟ هِيَ الَّتِي تُسَمُّونَهَا الرَّجَبِيَّةَ. Maksudnya: "Kami bersama Rasulullah dan baginda wukuf di Arafah lalu berkata: Wahai manusia! Sesungguhnya wajib bagi setiap keluarga pada setiap tahun (mengerjakan ibadah) korban dan ‘atirah. Baginda berkata: Tahukah kalian apakah ‘atirah itu?. Iaitu yang dikatakan orang Rajabiyah (kambing yang disembelih pada bulan Rejab)." – Hadis riwayat al-Tirmizi di dalam kitab Sunan Tirmizi, hadis no: 1438.
Hadis ini jelas membuktikan bahawa ibadah korban dan ‘atirah itu diwajibkan kepada semua umat Islam yang berkemampuan. Walau bagaimanapun, hukum bagi ‘atirah telah dimansuhkan. Namun, ia tidak memansuhkan ibadah korban. Bahkan, kewajipannya masih berterusan hingga sekarang.
2. Sunat atau sunat muakkad (sunnah yang amat dituntut) bagi yang mampu.
Inilah pendapat jumhur (majoriti) ulama dan pendapat Imam Syafie r.h. Golongan ini berpegang kepada dalil-dalil seperti berikut:
Menurut Ummu Salamah r.a, Nabi s.a.w telah bersabda:
Maksudnya: "Jika masuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah dan salah seorang daripada kamu semua ingin menyembelih (haiwan) korban, janganlah memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya." – Hadis riwayat Muslim di dalam Sahih Muslim, hadis no: 1977.
Dalil ini menunjukkan bahawa ibadah korban tidak wajib berdasarkan kata-kata baginda 'dan salah seorang antara kamu semua yang ingin'. Ia menggambarkan kepada kita bahawa baginda memberi pilihan kepada sesiapa sahaja sama ada untuk menyembelih atau sebaliknya. Seandainya ibadah korban itu wajib, pasti baginda memberi pilihan kepada seseorang sambil berkata: “Janganlah memotong rambut dan kukunya sehingga selesai menyembelih haiwan korban.”
Maksudnya: "Aku menyaksikan bersama Nabi s.a.w solat Aidiladha di musolla (tanah lapang). Ketika selesai berkhutbah, baginda turun dari mimbar lalu dibawakan seekor kambing lantas Rasulullah menyembelihnya dengan tangannya sendiri sambil berkata: Bismillah wallahu Akbar (Dengan nama ALLAH dan ALLAH Maha Besar). Ini daripadaku dan daripada umatku yang belum meyembelih." – Hadis riwayat Abu Daud di dalam Sunan Abu Daud, hadis no: 2427.
Selain itu, kata-kata baginda 'ini dariku dan dari umatku yang belum menyembelih' diungkapkan secara lafaz mutlak dan umum bukan secara khusus. Bermakna, memadai ibadah ini diwakilkan kepada seseorang sebagaimana baginda mewakili seluruh para sahabat yang masih belum melakukan korban.
Inilah dalil menunjukkan ibadah korban tidak wajib. Sekiranya ia wajib, tentu bagi mereka yang meninggalkan ibadah tersebut berhak dihukum dan tidak memadai baginda mewakilkan korbannya itu kepada seseorang.
Maksudnya: "Aku mendapati Abu Bakar atau melihat Abu Bakar dan Umar tidak menyembelih (haiwan) korban – dalam sebahagian hadis mereka – khuatir dijadikan ikutan orang terkemudian." – Hadis riwayat al-Baihaqi di dalam Sunan al-Kubra, jil. 9, ms. 295. Syeikh al-Albani telah mensahihkan riwayat ini di dalam Irwa’ al-Ghalil, hadis no: 1139.
Seandainya ibadah korban itu wajib, pasti Abu Bakar dan Umar r.a akan mendahului umat Islam dalam melakukan ibadah korban.
Sebelum membuat rumusan tentang hukum ibadah korban, kita hendaklah fahami bahawa hukum sunat atau wajib berkaitan sesuatu ibadah hanyalah berbentuk kajian ilmiah dan bertujuan mengetahui sama ada sesuatu amalan itu dibenarkan untuk ditinggalkan ataupun tidak sahaja. Namun, bagi mereka yang mencintai sunnah Nabi s.a.w sekiranya sesuatu amalan itu tsabit daripada baginda s.a.w mereka akan berusaha bersungguh-sungguh mengerjakannya tanpa memikirkan sama ada ia wajib atau sunat.
Namun, kedua-dua pendapat tersebut memiliki hujah daripada baginda s.a.w dan seharusnya kita berlapang dada dalam permasalahan khilafiyah sebegini.
Syeikh Muhammad al-Amin al-Syingqiti r.h berkata:
"Aku telah meneliti dalil-dalil daripada sunnah mengenai pendapat yang mewajibkan dan yang tidak mewajibkan ibadah korban. Menurut pandangan kami, tidak ada satu dalil dari kedua-dua pendapat tersebut yang kuat, pasti dan selamat dari kritikan sama ada menunjukkan ia wajib atau tidak… Yang rajih (tepat) menurutku dalam hal yang tidak jelas mengenai nas-nas dalam suatu perkara kepada suatu perkara yang lain bahkan tanpa mempunyai dalil yang kuat dan jelas ialah berusaha sedaya mungkin keluar dari khilaf dengan melakukan korban apabila mampu. Ini kerana, Nabi s.a.w bersabda: “Tinggalkanlah perkara yang ragu kepada yang tidak ragu.” Sepatutnya, seseorang tidak meninggalkannya apabila mampu kerana menunaikannya sudah pasti menghilangkan tanggung jawabnya." – Rujuk Kitab Adhwaa’ al-Bayaan Fi Idhah al-Quran bil Qur’an karya Syeikh Muhammad al-Amin al-Syanqiti, jil. 5 ms. 618.
Oleh itu, penulis lebih cenderung kepada pendapat jumhur (majoriti) ulama kerana mustahil Abu Bakar dan Umar r.a meninggalkan sesuatu amalan yang wajib apatah lagi mereka berdua merupakan imam yang layak manjadi ikutan dan kelayakkan mereka telah dijamin oleh Rasulullah s.a.w
Sabda Rasulullah s.a.w:
فَإِنْ يُطِيعُوا أَبَا بَكْرٍ وَ عُمَرَ يَرْتَشُدُوا Maksudnya: "Sekiranya mereka semua mentaati Abu Bakar dan Umar, pasti mereka mendapat petunjuk." – Hadis riwayat Muslim di dalam Sahih Muslim, hadis no: 681
Mengapa dunia internasional tidak juga peduli pada Palestina? Mengapa pula dunia Israel tidak menganggap Israel sekarang serius dalam menyerang MasjidAl Aqsa, tempat suci ketiga bagi umat ini?
Hanya dalam hitungan kurang dari satu bulan, para penjajah Yahudi itu sudah melakukan beberapa kali penyerangan. Dan kali ini yang terjadi kedua kalinya.
Bentrokan meletus sebelumnya hari Minggu ketika pasukan Israel menggunakan granat, gas air mata dan peluru karet yang dilemparkan ke halaman masjid, menghalau semua jamaah Palestina yang tengah berkumpul di dalam masjid.
Sudah seharusnya dunia Islam berjaga-jaga setiap kali memasuki bulan November atau Desember. Dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya yang membunuh dan menghapus sejarah Islam, Yahudi lebih sering melakukannya di bulan-bulan ini.
Ingat, invasi Cast Lead tahun kemarin dilakukan pada akhir Desember. Saat itu, Israel menewaskan lebih dari 1500 orang Palestina. Termasuk ibu-ibu dan anak-anak yang tak berdaya.
Rakyat Palestina sendiri--dengan tetap dipimpin oleh Hamas, tetap tak akan pernah menyerah. Semua ikut terlibat. Tua muda, lelaki dan perempuan. Gaza bukan hanya milikPalestina, dan juga menjadi simbol perlawanan langsung dunia Islam terhadap penjajahan Israel saat ini.
Saat ini, Israel terus-terusan mengepung kompleks masjid Al-Aqsa. Mereka masih menggunakan gas air mata dan peluru karet. Yang menahan mereka dari menggunakan senjata api mungkin saat ini karena debat panas di PBB dan adanya laporan Richard Goldstone.
Sementara negara-negara Islam diam seribu bahasa. Mesir, negeri tetangga sedang sibuk seputar suksesi Mubarak. Arab Saudi tengah kelimpungan mengurus haji dan feminisme. Sedangkan negeri Muslim terbesar di dunia, konon tengah panas dengan dagelan pemberantasan korupsi.
Semoga, serangan kedua kalinya Israel ini mulai bisa membuka kembali kesadaran kita akan kejamnya para Zionis. Jangan lupakan Palestina! (sa/wb)
MAKKAH, 9 Nov[8.35 am] - Sheikh Ahmad bin Ibrahim Badr, tukang utama yang mereka bentuk pintu emas Kaabah (foto), meninggal dunia pada usia 89 tahun di Makkah Jumaat lepas, lapor akhbar harian Arab Saudi berbahasa Inggeris, The Arab News kelmarin. Ahmad menghasilkan pintu Kaabah menggunakan emas tulen seberat 300 kilo gram atas perintah Raja Khaled pada Oktober 1979. Kerja itu dijalankan di sebuah bengkel yang dibina khusus untuk projek berkenaan. Beliau juga memperkemas dan memperindahkan lagi meezab (saluran air di atas Kaabah) dan rangka perak Hajar Aswad. Beliau mempelajari seni berkenaan daripada bapanya, pereka dan pembina asal pintu berkenaan atas perintah Raja Abdul Aziz pada 1942, lapor akhbar itu. Ibrahim dan dua saudaranya, Mahmoud dan Ibrahim Badr, membuat pintu berkenaan dengan emas tulen, mengambil masa setahun menyiapkannya. Tiang dalam dan meezab, diperbuat daripada emas 24-karat seberat 25 kg juga disiapkan dalam tempoh berkenaan. Ayat al-Quran Ya Hayy Ya Qayyum (Wahai yang Maha Hidup, Maha Mendengar) dan perkataan Allah dan Muhammad diukir pada pintu. Hasil kerja mereka termasuk rangka perak Hajar Aswad, lapor akhbar itu. Ahmad dilahirkan di kampung datuk neneknya di permukiman Qashashiya di Makkah pada 1920. Selepas belajar di sekolah al-Falah tempatan, beliau menyertai bapanya di bengkel emas dan perak pada usia 15 tahun. Ahmad bekerja di kedai bapanya Sheikh Ibrahim Badr di Goldsmiths Street sepanjang hidupnya. (sumber Pahangdaily.com)
MINGGU peperiksaan sudah berakhir. Buku-buku teks pinjaman juga telah dipulangkan. Inilah waktunya pelajar-pelajar 'berbulan madu' menunggu saat-saat akhir cuti persekolahan penggal yang akan tiba dua minggu lagi.
Jika di rumah, selain menonton televisyen, aktiviti yang paling popular ialah permainan komputer dan melayari Internet. Kini dengan pelbagai laman web yang boleh dilayari secara percuma serta menghiburkan, telah melekakan dan menjadi ketagihan golongan remaja.
Penggunaan Internet yang keterlaluan telah menjadi satu masalah yang perlu dipandang serius oleh semua pihak terutama ibu bapa bukan sahaja di negara ini malah menjadi masalah sejagat.
Kanak-kanak dilihat sebagai paling terdedah apabila melayari web dan mudah menjadi mangsa gangguan dan pengintipan. Terdapat pelbagai sumber yang boleh didapati di dalam talian yang memberi tumpuan terhadap isu ini dan perkara lebih penting ialah pendekatan proaktif yang diambil oleh semua pihak untuk mendidik kanak-kanak.
Pakar Psikiatri Universiti Sains dan Kesihatan Oregon, di Portland, Amerika Syarikat, Dr. Jerald Block, dalam tulisan editorialnya untuk American Journal of Psychiatry berkata, masalah penggunaan Internet kini sudah menjadi serius di seluruh dunia dan tidak mustahil suatu hari nanti ia akan dianggap sebagai salah satu penyakit mental.
Menurut Dr. Jerald, beberapa kajian yang telah dibuat di beberapa negara mendapati masalah ketagihan Internet di negara berkenaan sudah mencapai tahap yang sebegitu serius sehingga kerajaan terpaksa mengambil langkah untuk mengatasi dan membendung masalah tersebut.
Di Korea Selatan pula, bagi menangani masalah ketagihan Internet ini, kerajaannya telah melatih 1,043 kaunselor bagi merawat ketagihan Internet dan menyenaraikan kira-kira 190 hospital dan pusat rawatan untuk tujuan ini.
Malah sebahagian ibu bapa di China yang berhadapan dengan anak-anak yang ketagihan Internet sanggup menghabiskan kira-kira RM4,680 sebulan untuk merawat anak mereka di klinik yang dikhaskan oleh kerajaan untuk merawat ketagihan Internet .
Mengapa jadi begitu? Ini kerana sistem komputer mampu dimiliki dan talian Internet mudah disediakan oleh sesiapa di rumah. Keputusan ibu bapa untuk membeli komputer dan menghubungkannya ke Internet biasanya untuk kebaikan anak mereka. Internet memberi pelbagai manfaat yang meluaskan pengetahuan dan sebagai alat komunikasi.
Kebelakangan ini, terdapat banyak kes dilaporkan di seluruh dunia berkaitan pengintipan dan gangguan siber terhadap kanak-kanak. Ini boleh dielakkan jika kanak-kanak sedar tentang selok belok kegiatan sedemikian dan cara pencegahan, termasuk perbualan selamat, pertemuan dengan orang asing dan sebagainya.
Ibu bapa perlu memainkan peranan mengajar anak mereka tentang keselamatan, bahaya dan bersikap bertanggungjawab dalam dunia siber. HarakahDaily.Net/-
6hb. November 2009- Forum Perdana telah di adakan di perkarangan Surau Al-Ridzuan, Taman Dawani, Senai bermula dari pukul 9 malam dengan tajuk Perpaduan Ummah. Forum ini telah dipengerusikan oleh As-Seikh Hj. Mohd. Fahmi bin Samad, Pegawai tadbir Agama Kulaijaya merangkap Kadi Kulaijaya. Ahli-ahli panelnya terdiri dari Ustaz Yosree bin Ikhwan dari Jabatan Agama Johor, Ustaz Prof. Selamat bin Hashim dari UTM dan Ustaz Hanafiah bin Hj. Abdul Razak dari Jabatan Mufti Johor. Majlis forum telah dirasmikan oleh pegawai daerah Kulaijaya Tuan Haji Elias bin Hasran. Turut hadir sama ialah Ketua Polis Daerah Kulaijaya Tuan Superitendant Zulkifly bin Yahya. Sebelum itu, selepas solat maghrib telah diadakan majlis tahlil dan bacaan doa selamat sebagai meraikan pemergianTuan Hj. Mohd Fahmi yang akan berangkat ketanah suci menunaikan fardu haji pada 10hb. November ini. Beliau akan menjadi pemimbing kepada rombongan haji Kerajaan Negeri Johor. Turut sama di raikan ialah setiausaha Surau Al-Ridzuan, saudara Mohd. Bahrin bin Mohd. Basri yang akan berangkat ke tanah suci pada 16hb. November ini. Dianggarkan sekitar 2oo orang telah hadir di majlis ini. Inilah julong-julong kalinya majlis sebegini diadakan di Surau Al-Ridzuan ini. Ianya adalah satu dari program-program Jabatan Agama Daerah Kulaijaya sebagai pemangkin kepada perkembangan syiar Islam khususnya di daerah Kulaijaya ini. Ketua Polis Daerah Kulaijaya Superitendent Zulkifly bin Yahya bersama As Seikh Haji Mohd Fahmi Pegawai Pentadbir Agama Daerah Kulaijaya. Jemaah bertahlil. Para tetamu bersama Pengerusi Surau Al-Ridzuan Dr. Haji Nasseri bin Taib. Ucapan dan perasmian forum oleh Pegawai Daerah Tuan haji Elias bin HasranAs-Sheikh Mohd Fahmi bersama ahli-ahli panel forum Antara para hadirin lelaki dan wanita.