Blokade dan pengembargoan terhadap saudara kita, kaum Muslimin di Jalur Gaza memiliki banyak kesamaan dengan apa yang diceritakan oleh Allah Swt dalam surat Al-Buruj, yaitu kisah pemblokadean terhadap kaum Muslimin di salah satu perkampungan di Yaman yang mana mereka diberangus dengan cara dibakar. Allah berfirman:
وَالسَّمَاء ذَاتِ الْبُرُوجِ ﴿١﴾ وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ ﴿٢﴾ وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ ﴿٣﴾ قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ ﴿٤﴾ النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ ﴿٥﴾ إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ ﴿٦﴾ وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ ﴿٧﴾ وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ ﴿٨﴾ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ ﴿٩﴾
Artinya: "1. Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, 2. Dan hari yang dijanjikan, 3. Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. 4. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit [yaitu pembesar-pembesar Najran di Yaman] 5. Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, 6. Ketika mereka duduk di sekitarnya, 7. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. 8. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan Karena orang-orang Mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, 9. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (QS. Al-Buruj: 1-9)
Jika pembakaran Ashabul Ukhdud dilakukan dengan kayu bakar maka pemberangusan di zaman ini dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari bom, rudal, granat sampai senjata-senjata terlarang di dunia internasional. Jika pemblokadean dan embargo terhadap kaum Mukmin pada kisah Ashabul Ukhdud didalangi oleh segerombolan orang Kafir yang zhalim, maka sekarang dipimpin oleh orang-orang terkeji dari kalangan manusia yang sangat memerangi kaum Mukminin. Mereka juga berkonspirasi dengan orang-orang Musyrik untuk memerangi kaum Muslimin, tetapi Allah Swt telah lebih dulu menunjukan kezaliman mereka dalam surat Al-Maidah. Allah berfirman:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُواْ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ قَالُوَاْ إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ ﴿٨٢﴾
Artinya: "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik. Dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib. (juga) Karena Sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. Al-Maidah: 82)
Satu-satunya yang disebutkan Allah sebagai penyebab kebencian kaum Musyrik terhadap kaum Mukmin adalah keimanan mereka kepada Allah Swt, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ ﴿٨﴾
Artinya: "Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan Karena orang-orang Mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (QS. Al-Buruj: 8)
Dewasa ini, blokade dan embargo hanya terjadi kepada orang-orang yang menyatakan keimanan mereka secara terang-terangan. Sementara orang-orang yang membangun sistem sekuler, Timur, Barat, menjual hal-hal prinsipil secara total dan mengadaikan metode-metode agama justru hidup di rumah mereka dengan aman dan tentram!
Kendatipun blokade pada kisah Ashabul Ukhdud dan saudara-saudara kita di Jalur Gaza sangat mirip, namun dalam dua peristiwa itu terdapat juga banyak perbedaan yang cukup mencolok. Oleh karena itu, mari kita berhenti sejenak untuk merenunginya.
Ashabul Ukhdud merupakan sekelompok kaum Mukmin dari kalangan Nasrani yang diblokade di tengah kebisuan orang-orang Nasrani secara keseluruhan. Akan tetapi, kebisuan itu tidak dapat menyelematkan mereka sedikit pun dari kezhaliman. Sekte-sekte agama Nasrani juga mempunyai banyak perbedaan yang sangat mendasar di antara mereka. Perbedaan itulah yang menyebabkan hubungan emosional sesama mereka menjadi sirna. Akibatnya, berbagai perperangan kerap bergolak antara Katolik dan Ortodoks, Katolik dan Protestan dan Gereja Ortodoks dengan Armenia, bahkan antar sesama kalangan Ortodoks sendiri kerap terjadi pertikaian. Seperti itu yang Allah Swt sebutkan dalam firman-Nya:
وَمِنَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّا نَصَارَى أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُواْ حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللّهُ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ ﴿١٤﴾
Artinya: "Dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami Ini orang-orang Nasrani", ada yang Telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka Telah diberi peringatan dengannya; Maka kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Maidah: 14)
Allah Swt telah mengekalkan permusuhan di hati orang-orang Nasrani hingga Hari Kiamat kelak. Insiden-insiden pertikaian itu, telah membenarkan ketidaktolerannya orang-orang Nasrani sehingga mendorong mereka melakukan pembakaran terhadap saudara-sudara sendiri di Yaman sana. Akan tetapi, apa menjadi alasan kaum Muslimin hingga membisu menyaksikan peristiwa yang terjadi di Palestina? Allah telah mempersatukan hati-hati mereka, penyatuan ini merupakan nikmat termahal dari apa yang ada di permukaan bumi ini. Allah berfirman:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٦٣﴾
Artinya: "Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[ penduduk Madinah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj selalu bermusuhan sebelum nabi Muhammad s.a.w hijrah ke Medinah dan mereka masuk islam, permusuhan itu hilang]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah Telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Anfal: 63)
Allah juga menjadikan kasih sayang dan persatuan ini sebagai syarat untuk menapaki surga. Kita tidak akan masuk surga tanpa mencintai saudara-saudara kita. Rasulullah Saw bersabda:
وَاللَّهِ لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا ….(رواه مسلم)
Artinya: "Demi Allah kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai saling mencintai…." (HR. Muslim)
Apa alasan kita membiarkan mereka di tengah pemblokadean itu? Sudah seharusnya sakit yang kita rasakan sama seperti sakit yang mereka rasakan, musibah menimpa kita layaknya musibah mereka, luka kita derita sama dengan luka yang mereka alami? Rasulullah Saw bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. (رواه مسلم)
Artinya: "Perumpaan kaum Mukminin dalam cinta dan kasih sayang, ibarat satu tubuh yang apabila satu anggotanya menderita sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam." (HR. Muslim)
Oleh karena itu, jika penduduk bumi mempunyai alasan saat terjadinya pemkaran terhadap Ashabul Ukhdud, maka tidak ada alasan bagi kaum Muslimin melengahkan saudara-saudara mereka di Jalur Gaza yang tengah diblokade, diembargo dan dibantai. Orang-orang di masa Ashabul Ukhdud tidak mendengar kisah itu kecuali setelah pemberangusan mereka. Hal itu, disebabkan oleh jarak yang sangat jauh dan tidak adanya prasarana komunikasi. Namun sekarang, kita menyaksikan langsung detik-detik pembakaran itu, bom saat diledakan, orang yang disembelih menjemput syahidnya dan saat-saat rumah dirobohkan, lantas apa alasan kita? Tidak diragukan lagi bahwa pertanyaan di hadapan Alalh mengenai embargo dan pembantaian ini akan sangat panjang! Tidak diragukan lagi itu akan susah untuk dijawab sehingga setiap Muslim harus menyiapkan jawabannya!
Setidaknya setiap Muslim menengadahkan tangannya untuk berdoa bagi saudara-saudara mereka di sana, semoga Allah mengokohkan pendirian mereka, dibebaskan dari embargo ini dan semoga Allah menolong mereka menghadapi musuh-musuh mereka. Paling tidak seorang Muslim berkontribusi meringankan musibah mereka melalui harta dan biaya hidup semampunya, karena itu adalah jihad yang sesungguhnya di jalan Allah swt.
Setidaknya, setiap Muslim di mana pun berada membicarakan prolematika Palestina, topik itu sebagai ganti dari membicarakan pertandingan Piada Dunia Afrika atau bicarakan hal-hal yang sepele, dan tidak pantas bagi umat yang tengah disembelih membicarakan hal-hal semacam itu.
Setidaknya, setiap Muslim kembali menggencarkan boikot terhadap segala bentuk produk Yahudi, AS bahkan sangat tidak logis presiden AS mengeluarkan semua potensinya dan mengunjungi negara-negara Islam untuk mendukung Gerakan Zionis melalui bidang politik, militer dan ekonomi, sementara kita menemukan seorang Muslim tidak dapat menikmati segelas air, gas atau sepatu dari perusahaan-perusahaan AS!
Ini masalah serius, ini perkara agung. Hari Kiamat akan datang tanpa diragukan lagi dan semua kita akan kembali kepada-Nya. Para pemimpin Muslim yang melihat seakan-akan tidak berbuat apa-apa, maka sebenarnya merekalah melahirkan kehinaan dan penghinaan itu. Mereka ridhai pengehinaan terhadap agama dan kehormatan mereka. Tidak diragukan lagi bahwa perhitungan mereka di hadapan Allah Swt amatlah sulit, walaupun mereka memiliki umur yang panjang tapi mereka akan tetap berhenti di hadapan Zat yang tidak akan pernah lalai dan tertidur. Allah berfirman:
وَلاَ تَحْسَبَنَّ اللّهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأَبْصَارُ ﴿٤٢﴾
Artinya: "Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (QS. Ibrahim: 42) (Sn/Op)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan