| | |
Oleh Ustadz Arief Taufik, Lc.
"Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (diantaranya) makam Ibrahim, barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengedakan perjalanan ke Baitullah, Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam". (Ali-Imran:97)
Ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang sudah sanggup untuk melaksanakannya, baik itu secara jasmani maupun secara rohani, sanggup disini menunjukkan kepada kesanggupan untuk menyediakan bekal selama diperjalanan sampai pulang ke negrinya kembali. Begitu juga sanggup di sini berarti mempunyai harta untuk keluarga yang dtinggalkannya selama melaksanakan ibadah haji. Seorang fakir yang tidak mempunyai harta untuk menghidupi diri dan kelurganya maka tidaklah wajib baginya melaksanakan ibadah haji. Dan begitu juga ketika seseorang memiliki harta yang cukup untuk perbekalan tetapi tidak ada kendaraan untuk pergi melaksanakan ibadah haji karena tempatnya yang jauh dan tidak bisa ditempuh dengan berjalan kaki maka tidaklah wajib baginya ibadah haji. Begitu juga walaupun ada kendaraan akan tetapi perjalanannya tidak aman atau akan mendapatkan berbagai macam bahaya maka tidaklah juga wajib baginya untuk melaksanakan ibadah haji, karena semua yang kita sebutkan diatas tersebut diketegorikan kepada tidak sanggup.
Haji merupakan salah satu rukun Islam. Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk melaksanakan ibadah haji tersebut. Rasulullah SAW dalam haditsnya memotivasi kita untuk melaksanakannya:" Barang siapa yang melaksanakan ibadah haji, kemudian tidak berkata kotor dan tidak berbuat kefasikan, akan dibersihkan dosa-dosanya, sebagaimana waktu ia baru dilahirkan oleh ibunya.
Dalam hadits lain Rasulullah berkata: Haji mabrur tidaklah ada balasannya kecuali sorga.
Begitu pentingnya ibadah haji ini, Rasulullah sangat menganjurkan ibadah ini dengan mengumpamakan bagi seorang yang sudah melaksanakan ibadah haji akan suci sebagaimana seorang bayi yang baru dilahirkan ke muka bumi, begitu juga bagi orang yang melaksanakan ibadah haji dan ia memperoleh haji yang mabrur, maka dia akan mendapat balasan surga, sebagaimana yang dijelaskan hadits yang kita bacakan tadi.
Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah 197:" (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan Haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS. 2:197).
Firman Allah ini menegaskan kepada kita bahwa ketika kita sudah berazzam (menetapkan niat ) untuk melaksanakan ibadah haji, hendaklah dia mempersiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya. Persiapan itu adalah tidak berkata kotor, berbuat fasik dan berbantah-bantahan ketika melaksanakan ibadah haji. Karena ibadah haji merupukan ibadah yang sangat mulia, Allah mengisyaratkan untuk benar-benar membersihkan dirinya dari sifat-sifat, tingkah laku dan akhlaq yang tercela. Hal ini adalah sarana untuk mendapatkan haji yang mabrur yang sudah di janjikan Allah Swt.
Pada akhir ayat ini sangat jelas di terangkan bahwa sebaik-baik bekal untuk melaksanakan ibadah haji adalah Taqwa. Persiapan menjelang ibadah haji adalalh dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Melakukan amalan-amalan wajib dan sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Artinya seseorang yang akan melaksanakan ibadah haji sudah tergambar kebersihan dirinya sebelum melaksanakan ibadah haji tersebut. Berbeda dari yang banyak di pahami orang bahwa kebersihan diri didapatkan setelah melaksanakan ibadah haji. Banyak orang beranggapan bahwa setelah haji dia akan lebih taat kepada Allah. Ketahuilah bahwa setiap perbuatan atau ibadah yang kita lakukan, sukses atau tidaknya banyak tergantung kepada persiapan dan perbekalan yang sudah di siapkan. Karena itu bagi seseorang yang akan melaksanakan ibadah haji hendaklan mengevaluasi diri. Memuhasabah diri sudahkan bekal taqwa tertanam di dalam dirinya?. Sehingga dengan perbekalan taqwa yang kuat kita bisa meraih haji yang mabrur.
Banyak makna-makna yang tersirat dalam pelaksanaan Ibadah haji, diantara rukun-rukun ibadah haji sebagai berikut:
Ihram dari Miqat mengajarkan kita suatu kedisiplinan dalam menjalankan perintah Allah Swt, ketika melakukan ihram melampaui miqat maka seseorang akan dikenakan dam, begitu ibadah haji mengajarkan kepada seorang muslim untuk disiplin dan taat kepada aturan Allah. Dengan memakai pakaian Ihram yang tidak berjahit dan berwarna putih mengajarkan kita kepada persamaan derajat, ketika seorang memakai pakaian ihram tidak terlihat siapa penguasa dan siapa rakyat biasa, dengan pakaian ihram kita diajarkan suatu sikap kebersamaan, hanya ketaqwaan kepada Allah sajalah yang membedakan kita.
Thawaf mengelilingi ka`bah sebanyak tujuh kali,Thawaf ini diumpamakan seperti shalat, Rasulullah Saw bersabda:"Thawaf mengelilingi ka`bah adalah seperti sholat akan tetapi kamu boleh berbicara didalamnya,dan barang siapa yang berbicara maka hendaklah membicarakan hal yang baik-baik".
Sa`i yaitu berlari-lari kecil antara bukit safa dan marwa semata-mata untuk melakukan Ibadah kepada Allah, mengingatkan kita pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya yang sedang kehausan, yaitu Siti Hajar dengan anaknya Ismail.
Wukuf di Arafah, mengajarkan kita makna kebersamaan dan mengingatkan kita akan hari kiamat dimana manusia di kumpulkan di padang mahsyar untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia, dengan melakukan wukuf di arafah para hujjaj merasakan bahwa hari berkumpul di padang mahsyar itu pasti ada, dan setiap kita akan di minta pertanggungjawabannya.Wukuf di arafah merupakan rukun yang terpenting dalam ibadah haji, sehingga Rasulullah mengatakan "alhajju arafah". Haji itu adalah arafah.
Kemudian setelah wukuf di arafah para hujjaj bermalam di muzdalifah kemudian di mina, para jamaah haji melakukan jumaraat, yaitu melemparkan batu kerikil sebanyak tujuh buah ke masing-masing tempat jumaraat, ini memberikan makna bahwa kita senantiasa berjuang untuk melawan syetan yang senantiasa mengganggu manusia.Ibadah haji merupakan muktamar besar umat Islam di dunia, umat Islam dari seluruh penjuru dunia datang untuk sama-sama mendekatkan diri kepada Allah, suatu ibadah yang tidak di miliki oleh agama lain, hal ini tentunya akan mempererat persatuan dan kesatuan ummat dan akan terjalin ukhuwwah islamiyah yang menyeluruh bagi umat manusia dari seluruh penjuru dunia. Ibadah haji mengajarkan kita sikap thawadhu`, karena setiap kita meninggalkan embel-embel duniawi, kita meninggalkan pangkat dan jabatan serta status sosial kita di masyarakat, tidak ada perbedaan antara seorang gubernur dengan rakyat biasa, tidak ada perbedaan antara orang kaya dan si miskin semua sama, sama-sama memakai baju ihram yang berwarna putih, sama-sama berkumpul di arafah, tidak ada yang meninggikan mereka melainkan derajat ketaqwaan mereka di sisi Allah.
Kemudian bagi kita yang tidak melakukan Ibadah haji disunatkan untuk melakukan puasa Arafah, Sabda Rasulullah:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : "صوم يوم عرفة يكفر ذنوب سنتين, ماضية و مستقبلة....."
Artinya : "Rasulullah Saw bersabda, puasa pada hari arafah akan menghapuskan dosa dua tahun setahun yang sudah berlalu dan setahun yang akan datang.", begitu pentingnya puasa di hari arafah ini bagi kita yang tidak melakukan ibadah haji, maka janganlah sampai hari arafah tersebut berlalu begitu saja di hadapan kita.
Kemudian kita dianjurkan untuk banyak melakukan amal sholeh pada sepuluh hari awal bulan dzulhijjah, sebagaimana sabda rasulullah Saw:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :"ما من أيام العمل الصالح فيها أحب الى الله من هذه الأيام"
Artinya :"Rasulullah Saw bersabda:"tidak ada hari-hari yang amal sholeh dilakukan padanya lebih di cintai oleh Allah selain dari hari-hari ini (yaitu sepuluh hari di bulan dzulhijjah", karena itu ketika memasuki bulan dzulhijjah ini kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah-ibadah dan senantiasa melakukan amal-amal sholeh. Karena Allah akan lebih mencintai orang-orang yang melakukannya pada sepuluh awal bulan dzulhijjah. Semoga bagi kita yang sudah berazzam untuk melaksanakan ibadah haji bisa mempersiapkan bekal taqwa dengan sebaik-baiknya. Sehingga mendapatkan haji yang mabrur. Wallahu A`lam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan